Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angin Segar di Bursa Kontrak Komoditas Seng

Perdagangan seng mengalami penguatan mencapai level tertinggi sejak 2007 akibat penurunan persediaan yang mengindikasikan ketatnya pasokan dan kuatnya permintaan. Harga diprediksi menanjak mencapai US$4.000 per ton pada kuartal III/2018.
Ilustrasi industri baja di China./Reuters
Ilustrasi industri baja di China./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan seng mengalami penguatan mencapai level tertinggi sejak 2007 akibat penurunan persediaan yang mengindikasikan ketatnya pasokan dan kuatnya permintaan. Harga diprediksi menanjak mencapai US$4.000 per ton pada kuartal III/2018.

Persediaan seng di London Metal Exchange telah jatuh sekitar 58% selama 12 bulan menjadi 178.025 ton, setelah penutupan dan suspensi tambang besar dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah persediaan tersebut berada pada posisi terendah sejak November 2008.

Penurunan persediaan itu mengindikasikan tingginya tingkat permintaan. Data dari China sebagai negara produsen sekaligus konsumen seng terbesar di dunia tercatat mengalami lonjakan pada Desember 2017 sebesar 59% secara year on year (yoy).

Oliver Nugent, ahli strategi komoditas di lembaga keuangan ING, mengatakan bahwa ada kekurangan pasokan seng di gudang LME. Kekhawatiran atas kekurangan pasokan dan penurunan persediaan tersebut telah mendorong pelemahan harga seng lebih jauh.

Pada penutupan perdagangan Senin (29/1), harga seng di LME menguat 72 poin atau 2,07% menjadi US$3.550 per ton, tertinggi sejak Juli 2007. Sepanjang tahun berjalan (year to date), harga tumbuh 6,96% setelah ditutup di 29 Desember 2017 di level US$3.319 per ton.

Sementara itu, dalam laporan penelitian dari Consultancy Wood Mackenzie, disebutkan bahwa kombinasi antara penutupan tambang, strategi oleh produsen utama Glencore, serta dampak inspeksi lingkungan di China telah menipiskan persediaan konsentrat pasar dunia.

Menurut laporan tersebut, stok seng global turun sepertiga pada 2017 menjadi 1,8 juta ton atau setara dengan 47 hari pemakaian global. Tahun ini, stok diprediksi lebih rendah pada kuartal II/2018 dan mendorong harga menuju ke level US$4.000 per ton pada kuartal III/2018. “Seng memiliki potensi reli yang lebih jauh,” ungkapnya.

Posisi harga seng sebenarnya telah mendaki dari posisi terendah yang dicapai pada Januari 2016 di level US$1.476 per ton, di mana ada upaya pembatasan produksi dari produsen utama Glencore dengan tujuan untuk menopang harga.

Dari posisi terendah itu, harga komoditas logam yang digunakan untuk galvanisasi baja tersebut telah meroket 150%.

Secara keseluruhan, pasokan global mengalami peningkatan seiring dengan kapasitas tambahan dari proyek Sungai Dugald MMG Australia dan tambang Vedanta’s Gamsberg di Afrika Selatan.

Pada Desember 2017, perusahaan tambang Glencore mengungkapkan rencana memulai kembali aktivitas tambang Lady Loretta pada paruh pertama tahun ini, namun dikatakan output seng akan sedikit menurun pada 2018 mencapai 1,1 juta ton. “Sedangkan pada 2019, diproyeksikan output akan merayap menjadi 1,16 juta ton.”

Consultancy Wood Mackenzie memperkirakan pada tahun ini pasar seng akan mengalami defisit hingga 350.000 ton pada tahun ini dan mencapai 150.000 ton pada 2019. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper