Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Cara GMF agar Harga Saham Perusahaan Terangkat

Masyarakat Indonesia, menurut Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Tbk Iwan Joeniarto, masih belum terlalu mengerti industri perawatan pesawat yang menjadi inti bisnis perusahaannya.
Ilustrasi/gmf.polsri.ac.id
Ilustrasi/gmf.polsri.ac.id

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Indonesia, menurut Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Tbk Iwan Joeniarto, masih belum terlalu mengerti industri perawatan pesawat yang menjadi inti bisnis perusahaannya.

Kondisi ini diklaim menjadi salah satu penyebab belum terangkatnya lagi harga per lembar saham emiten berkode GMFI ini, menembus nilai penawaran perdana Rp400. Dalam penutupan perdagangan Selasa (30/1/2018), nilai saham perusahaan maintenance, repair, and overhaul (MRO) itu berada di level Rp356.

Oleh karena itu, Iwan mengaku terus melakukan kegiatan—termasuk di media—yang bersifat edukasi kepada publik. Selain itu, pihaknya akan memberikan pengalaman mengunjungi lapangan kepada para analis dan investor. Melalui analyst meeting dan pertemuan investor, GMFI akan membawa langsung ke area hanggar.

“Jadi memang harus banyak edukasi kepada analis-analis, manajer investasi, maupun investor. Kami selalu membuat kegiatan kunjungan ke area hanggar kami. Dari situ, mereka sering baru mengetahui kondisi industri sebenarnya,” ujarnya, seperti dikutip dari Bisnis Indonesia Edisi (31/1).

Upaya mendongkrak harga per lembar saham menjadi krusial, mengingat pergerakannya berkorelasi dengan kapitalisasi pasar (market cap). Apalagi, dalam jangka 2—3 tahun ke depan, anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ini menargetkan market cap senilai US$1 miliar.

Selain itu, pihaknya akan berusaha meningkatkan pendapatan yang datang dari non-grup. Maklum, saat ini ketergantungan pendapatan dari grup masih cukup tinggi hingga 52%.

Artinya, porsi pendapatan dari non-grup masih sekitar 48%. Nah, pada 2021, perusahaan menargetkan porsi pendapatan dari non-group sudah di atas 55%.

Dia menegaskan, ketergantungan tersebut sudah semakin berkurang dari waktu ke waktu. Selain itu, dia menjelaskan bahwa pendapatan tetap aman karena pesawat yang dimiliki maskapai penerbangan berstatus sewa.

Dalam skema ini, ada sejumlah dana yang diserahkan maskapai kepada lessor sebagai garansi jika pesawat mengalami perawatan berat.

“Sudah ada biaya untuk menanggung ini [perawatan] sehingga [sangat] aman. Apalagi, airlines itu rata-rata 80%—90% adalah pesawat sewa,” imbuhnya.

Selain itu, perusahaan juga akan memperbanyak perjanjian jangka panjang dari captive market. Perjanjian jangka panjang itu, setidaknya mampu mengamankan sekitar 80%—85% pendapatan GMFI.

Iwan pun memastikan, fundamental dan kinerja perusahaan cukup bagus. Hal ini didukung dengan potensi pasar yang masih besar. Di Indonesia sendiri, pada tahun lalu ada pertumbuhan penerbangan hingga 8%. Ini berakibat positif pada pasar MRO. Pada periode tersebut, pasar MRO naik 10%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper