Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Kebijakan OPEC, Minyak Bakal Tembus US$78 per Barel

Minyak Brent diprediksi akan menguat hingga ke level US$78 per barel pada kuartal I/2018 seiring dengan optimisme Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia dalam memangkas produksi untuk menciptakan keseimbangan pasar minyak dunia.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak Brent diprediksi akan menguat hingga ke level US$78 per barel pada kuartal I/2018 seiring dengan optimisme Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia dalam memangkas produksi untuk menciptakan keseimbangan pasar minyak dunia.

Terpantau, pada perdagangan Senin (29/1/2018) pukul 09.38 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak teraktif Maret 2018 menguat 0,19 poin atau 0,29% menjadi US$66,33 per barel di New York Merchantile Exchange.

Adapun harga minyak Brent sedikit turun 0,07 poin atau 0,10% menjadi US$70,45 per barel. Namun harga berhasil bertahan di atas level US$70 per barel, mendekati level tertinggi dalam 3 tahun.

J.P Morgan, sebuah perbankan investasi asal Amerika Serikat baru—baru ini mengatakan telah meningkatkan perkiraan harga rata-rata minyak mentah dunia di 2018.

Untuk minyak WTI diperkirakan akan naik US$10,70 per barel menjadi US$65,63 per barel, sementara minyak Brent akan naik US$10 per barel menjadi US$70 per barel dengan kenaikan yang tinggi di kuartal I sebelum mengalami penurunan di kuartal selanjutnya.

“Kami memperkirakan Brent akan menyentuh level US$78 per barel menjelang akhir kuartal I/2018 atau awal kuartal II/2018,” paparnya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (29/1/2018).

JP Morgan mengatakan, kenaikan tersebut sebagian besar disebabkan oleh pembatasan produksi OPEC. Seperti diketahui, pasar minyak telah dimonitori oleh restrukturisasi pasokan yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia yang dimulai pada Januari tahun lalu dan dijadwalkan akan berlangsung hingga akhir 2018.

Pengendalian pasokan ini ditambah dengan pertumbuhan permintaan minyak dunia telah mampu mendorong kenaikan harga minyak hampir 60% sejak pertengahan 2017.

Kendati menguat awal tahun ini, J.P Morgan memproyeksikan harga akan turun menjelang akhir tahun lantaran pasar dibanjiri minyak serpih AS.

Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), produksi minyak mentah AS telah tumbuh lebih dari 17% sejak pertengahan 2016 sampai 9,88 juta barel per hari (bph) pada pertengahan Januari.

Baker Hughes melaporkan bahwa output minyak AS diperkirakan akan menembus 10 juta bph pada tahun ini. Perusahaan energi AS menambahkan 12 buah rig pengeboran minyak untuk produksi baru pada pekan lalu dengan jumlah keseluruhan menjadi 759 rig.

Produksi AS disebut telah setara dengan eksportir papan atas OPEC yaitu Arab Saudi, sementara hanya Rusia yang masih menjadi negara yang menghasilkan minyak mentah terbanyak, yaitu 10,98 juta bph pada 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper