Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat 17 Poin, Ikuti Tren Penguatan di Asia

Rupiah ditutup menguat 0,13% atau 17 poin di Rp13.314 per dolar AS. Pagi tadi, mata uang garuda dibuka dengan penguatan 0,02% atau 2 poin di posisi Rp13.332, setelah pada perdagangan Selasa (23/1) berakhir menguat 0,14% atau 19 poin di posisi 13.331.
Ilustrasi: Seorang karyawan bank tengah merapikan uang/Antara
Ilustrasi: Seorang karyawan bank tengah merapikan uang/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (24/1/2018), seiring dengan penguatan kurs di Asia.

Rupiah ditutup menguat 0,13% atau 17 poin di Rp13.314 per dolar AS. Pagi tadi, mata uang garuda dibuka dengan penguatan 0,02% atau 2 poin di posisi Rp13.332, setelah pada perdagangan Selasa (23/1) berakhir menguat 0,14% atau 19 poin di posisi 13.331.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.309 – Rp13.334 per dolar AS.

Sementara itu, seluruh mata uang lainnya di Asia terpantau menguat, dipimpin oleh yen Jepang yang naik 0,65%, disusul peso Filipina yang naik 0,58% dan baht Thailand yang menguat 0-,53%.

 Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,49% atau 0,446 poin ke level 89,678 pada pukul 16.45 WIB.

Dilansir Reuters, dolar melemah terhadap yen akibat tertekan meningkatnya kekhawatiran bahwa keuntungan imbal hasil mata uang AS akan mulai terkikis saat bank-bank sentral utama di dunia mengambil langkah mengurangi stimulus masif mereka.

Yen telah menguat dalam beberapa pekan terakhit, setelah Bank of Japan (BOJ) mengurangi pembelian obligasi pemerintah dalam operasi pasar awal bulan ini, sehingga memicu spekulasi bahwa bank sentral Jepang tersebut akan mencabut stimulus moneternya.

Menurut para analis, spekulasi semacam itu memberi angin segar bagi yen, bahkan setelah Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pada Selasa (23/1) menekan pentingnya untuk melanjutkan pelonggaran moneter.

“Dilema di sini bagi Bank of Japan adalah bagaimana melunakkan ekspektasi investor. Hal ini menjadi isu selain tren negatif sendiri pada dolar,” ujar Stephen Innes, head of trading di Asia Pacifik untuk Oanda, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper