Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pefindo Pertahankan Credit Watch Negatif Bank Muamalat

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mempertahankan peringkat Bank Muamalat pada credit watch dengan implikasi negatif, sejalan dengan rencana penerbitan saham baru yang akan diselesaikan dalam waktu dekat.
Bank Muamalat/Istimewa
Bank Muamalat/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mempertahankan peringkat Bank Muamalat pada ‘credit watch dengan implikasi negatif”, sejalan dengan rencana penerbitan saham baru yang akan diselesaikan dalam waktu dekat.

Analis Pefindo Dyah Puspita Rini dan Danan Dito mengungkapkan, status credit watch dengan implikasi negatif mempertimbangkan rencana rights issue bank yang dapat mengakibatkan perubahan signifikan pada struktur pemegang saham Bank Muamalat.

Sementara itu, Pefindo juga mempertahankan peringkat BBMI dan surat utang jangka menengah (MTN) I/2017 di idA, sukuk mudharabah I subordinasi tahap II/2013 di idA-sy dan MTN syariah subordinasi I/2017 di id BBB+sy.

Selain itu, karena faktor pemeringkatan kepada emiten bersandi saham BBMI didasarkan pada tingkat dukungan kuat dari Islamic Development Bank (IDB, peringkat AAA/stabil oleh S&P), maka profil pemegang saham yang lebih lemah akan menghasilkan tingkat dukungan yang lebih rendah dan berpotensi memberikan tekanan pada peringkat BBMI.

“Kami akan mencabut status credit watch dan menegaskan peringkat BBMI jika rencana rights issue terealisasi dan PEFINDO memandang pemegang saham baru memiliki kemampuan dan komitmen yang kuat untuk mendukung BBMI dan juga harus diiringi oleh perbaikan pada profil kualitas asetnya,” tulisnya dalam keterangan resmi, Jumat (19/1/2018).

Selain itu, Pefindo juga mencatat profil permodalan BBMI menghadapi tekanan dengan call option untuk sukuk mudharabah subordinasi I tahap 2/2013 sebesar Rp700 miliar pada 28 Maret 2018, yang diekspektasikan akan dilakukan.

Dyah mengatakan bakal menurunkan peringkat BBMI jika transaksi rights issue atau usaha lainnya untuk memperkuat profil permodalan Bank yang lemah tidak dapat terealisasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Pefindo menilai obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.

Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi.

Sementara itu, instrumen pendanaan syariah dengan peringkat idAsy mengindikasikan bahwa kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dalam kontrak pendanaan syariah relatif ibanding emiten Indonesia lainnya adalah kuat.

Di sisi lain, Dyah juga menilai, Bank Muamalat juga mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan instrumen yang peringkatnya lebih tinggi.

Namun, kalau kondisi ekonomi yang memburuk, sambungnya, akan lebih mungkin memperlemah kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang kontrak pendanaan syariah, relatif terhadap emiten Indonesia lainnya.

Penetapan yang diberikan oleh Pefindo ini akan berlaku hingga 17 April 2018. Dyah mengatakan, peringkat yang disematkan mencerminkan posisi bisnis Bank Muamalat yang kuat dalam perbankan syariah, serta profil likuiditas yang mencukupi, dan dukungan yang kuat dari pemegang saham mayoritas.

Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh tingkat permodalan, profil kualitas aset, dan tingkat profitabilitas yang lemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper