Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Output Minyak Serpih AS Bakal Mencapai 6,55 Juta Barel per Hari

Produksi minyak serpih atau shale oil AS pada Februari mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 6,55 juta barel per hari (bph).
Kilang minyak./Ilustrasi-Reuters
Kilang minyak./Ilustrasi-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak serpih atau shale oil AS pada Februari mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 6,55 juta barel per hari (bph).

Dilansir dari Reuters, U.S Energy Information Administration (EIA) pada Selasa (16/1/2018) mengatakan, produksi minyak AS diproyeksikan terus meningkat di Februari dengan produksi serpihnya meningkat sebesar 111.000 bph menjadi 6,55 juta bph.

Sebelumnya, EIA menuturkan bahwa output minyak AS rata—rata diperkirakan mencapai 10,3 juta bph pada 2018 setelah sebelumnya di akhir 2017 mencapai 9,9 juta bph. Sementara itu, produksi pada 2019 diprediksi akan mencapai 11 juta bph, menyentuh output produsen papan atas Arab Saudi dan Rusia.

EIA memprediksi produksi minyak dari sumur baru akan tumbuh di tujuh wilayah utama. Data menunjukkan, produksi minyak Cekungan Permian yang berlokasi di Texas dan daerah New Mexico menyumbang sebagian besar kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan produksi Bakken di Dakota Utara sedikit lebih lambat dari tahun sebelumnya.

Dalam laporan bulanannya, badan agensi tersebut menunjukkan, produksi minyak oleh Eagle Ford diprediksi akan meningkat sebanyak 15.000 bph menjadi 1,27 juta bph, sementara produksi Bakken naik 8.500 bph menjadi 1,22 juta bph.

Adapun produksi di Permian diperkirakan akan meningkat sebesar 76.000 bph menjadi 2,87 juta bph. Sementara jumlah sumur bor yang belum selesai di Permian berada pada rekor 2.777. secara keseluruhan, tercatat ada 7.493 sumur bor yang belum selesai.

Pasar minyak global telah mengantisipasi ketatnya output AS yang akan memberi kontribusi pada kelebihan pasokan global, bahkan ketika anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya mengekang produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper