Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Sentuh Rekor Sejak 2014, Harga Minyak Melemah Tipis

Kendati mengalami penurunan, para analis mengatakan fundamental pasar memasuki 2018 menguat karena penurunan produksi yang terus berlanjut dari Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang beriringan dengan pertumbuhan permintaan yang kuat.
Minyak West Texas Intermediate/Reuters
Minyak West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia mereda pada Jumat (12/1/2018) setelah mencapai level tertinggi sejak Desember 2014 pada sesi perdagangan sebelumnya.

Terpantau, pada perdagangan Jumat (12/1) pukul 09.19 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,16 poin atau 0,25% menuju US$63,64 per barel di New York Merchantile Exchange. Sebelumnya, minyak WTI ditutup US$63,80 per barel, level tertinggi sejak Desember 2014.

Adapun minyak Brent naik 0,02 poin atau 0,03% menjadi US$69,28 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London. Pada sesi perdagangan kemarin, Brent menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun terakhir di US$70 per barel.

Kendati mengalami penurunan, para analis mengatakan fundamental pasar memasuki 2018 menguat karena penurunan produksi yang terus berlanjut dari Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang beriringan dengan pertumbuhan permintaan yang kuat.

“OPEC telah bertindak berhasil mengurangi persediaan di samping pertumbuhan permintaan tetap kuat dalam jangka pendek,” tutur Sanjeev Bahl, analis di Edison Investment Research, seperti dilansir dari Reuters. “Ada potensi harga minyak bergerak lebih tinggi karena persediaan normal,” lanjutnya.

Global Risk Management, sebuah perusahaan jasa pialang mengatakan dalam catatan prospek 2018, kemungkinan kenaikan harga minyak pada tahun ini akan terus terjadi, terutama lantaran adanya pemangkasan pasokan yang berlanjut yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia serta adanya risiko politik di Iran, Venezuela, dan Libya.

Namun, faktor yang menghambat harga minyak juga terus membayangi, yakni risiko kenaikan produksi shale AS yang hampir 10 juta barel per hari (bpd) kendati selama hampir tiga bulan terjadi penurunan. “Faktor lain yang menekan harga juga datang dari penurunan dalam pesanan kilang,” paparnya.

Di Asia, margin keuntungan kilang rata—rata Singapura telah turun di bawah US$6 per barel bulan ini. Ini merupakan tingkat terendah dalam lima tahun. “Akibatnya, beberapa penyulingan telah mengurangi output mereka, mengurangi permintaan akan bahan baku mentah,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper