Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Euro Menguat, Indeks Stoxx Europe 600 Melemah

Indeks Stoxx Europe 600 ditutup melemah 0,34% atau 1,35 poin ke level 397,25 setelah bergerak pada kirsaran 396,56-399,12.
Indeks Stoxx 600/Reuters
Indeks Stoxx 600/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa melemah pada akhir perdagangan Kamis (11/1/2018) menyusul aksi jual di pasar obligasi dan penguatan euro.

Indeks Stoxx Europe 600 ditutup melemah 0,34% atau 1,35 poin ke level 397,25 setelah bergerak pada kisaran 396,56-399,12.

Pelemahan ini memperpanjang penurunan tajam di sesi sebelumnya di saat kekhawatiran mengenai laporan bahwa China mempertimbangkan pengurangan pembelian obligasi pemerintah AS ikut memengaruhi kinerja indeks saham.

Seorang regulator China pada hari Kamis mengatakan bahwa laporan tersebut mungkin "palsu".

Walaupun sempat bergerak flat di awal perdagangan, indeks melemah menyusul rilis risalah pertemuan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pada bulan Desember 2017 yang menunjukkan bahwa bank sentral harus meninjau ulang pesan kebijakannya di awal tahun 2018.

"Ini lebih cepat dari yang kami kira dan mungkin berarti bahwa ECB akan mengakhiri pembelian asetnya pada bulan September, bukan beberapa bulan terakhir tahun ini," para ekonom di Capital Economics mengatakan dalam sebuah catatan, seperti dikutip Reuters.

Penguatan euro menyusul rilis risalah ECB memberi tekanan pada indeks zona euro dengan indeks DAX Jerman ditutup melemah 0,6%, sementara imbal hasil obligasi juga meningkat. Di sisi lain, indeks FTSE 100 Inggris menyentuh rekor baru dan berakhir 0,2% lebih tinggi.

Peritel Inggris Tesco dan Marks & Spencer termasuk di antara penekan terbesar di bursa Eropa setelah data penjualan sepanjang Natal yang mengecewakan, dengan konsumen mengurangi barang-barang yang tidak penting.

Sektor ritel Eropa turun 1,3%, sementara sektor perbankan yang melonjak pada hari Rabu karena kenaikan imbal hasil obligasi, memperpanjang reli dan berakhir menguat 0,4%.

Perusahaan perhiasan Denmark Pandora turun hampir 11% setelah perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka memperkirakan margin laba akan turun dalam beberapa tahun ke depan dan melaporkan pendapatan 2017 yang di bawah ekspektasi.

Meskipun terlalu dini di musim ini, investor mengatakan bahwa kinerja perusahaan akan berada di bawah perhatian khusus tahun ini karena pasar berharap adanya pertumbuhan pendapatan lagi di tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper