Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Emiten: 2018, Tahun Penuh Optimisme PPRO

PT PP Properti Tbk. masih sangat optimistis bisa mengakhiri tahun ini dengan kinerja yang baik, meskipun tantangan di sektor properti secara umum masih akan sangat besar.
Direktur Utama PT PP Properti Tbk Taufik Hidayat memaparkan kinerja perseroan, di Jakarta, Selasa (25/7)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur Utama PT PP Properti Tbk Taufik Hidayat memaparkan kinerja perseroan, di Jakarta, Selasa (25/7)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - PT PP Properti Tbk. masih sangat optimistis bisa mengakhiri tahun ini dengan kinerja yang baik, meskipun tantangan di sektor properti secara umum masih akan sangat besar.

Optimisme tersebut bukan tanpa alasan. Emiten dengan kode saham PPRO ini mengaku sudah memiliki strategi jitu untuk menghadapi karakter pasar yang tengah lesu saat ini. Setelah tahun lalu gencar menambah lahan hingga 297 hektare, tahun ini perseroan siap tancap gas.

Indaryanto, Direktur Keuangan PP Properti, mengatakan bahwa selama ini PPRO fokus pada segmen pasar menengah ke bawah. Lebih sempit lagi, segmen yang disasar adalah pasar mahasiswa. Hal ini menjadi alasan PPRO masih bisa mencatatkan kinerja positif tahun lalu.

“Kami main di segmen menengah-bawah, kami jual Rp300 juta-Rp400 juta. Segmen itu tidak terpengaruh pelemahan ekonomi. Masalah kekurangan perumahan sekarang masih besar, permintaan kelas menengah masih jalan terus,” katanya.

PPRO selama ini banyak membangun proyek di lokasi-lokasi strategis yang dekat dengan sejumlah universitas ternama di Indonesia. Perseroan melihat, dari tahun ke tahun, jumlah mahasiswa tidak pernah berkurang, sehingga kebutuhan properti di lingkungan kampus akan selalu ada.

Sejumlah kampus yang disasar proyek PPRO sejauh ini yakni Universitas Indonesia dan kampus-kampus unggulan lain di Depok; Universitas Padjajaran, ITB dan STPDN di Bandung; Universitas Muhammadiah dan Universitas Brawijaya di Malang; dan Universitas Airlangga dan ITS di Surabaya.

Selain membangun dekat kampus, perseroan juga menawarkan konsep berbeda, seprti apartemen anti narkoba, unit tipe dual dan triple key, dan e-library kerjasama dengan Gramedia. PPRO menyediakan fasilitas akses gratis 22.000 buku gramedia di apartemen mahasiswa perseroan.

Strategi ini menghantarkan PPRO berhasil membukukan marketing sales Rp3 triliun tahun lalu, meningkat 21% yoy. Perseroan menghitung laba bersih 2017 sebelum audit senilai Rp440 miliar, tumbuh 20,5% yoy.

Dengan strategi yang sama seperti tahun lalu, perseroan optimistis tahun ini bisa membukukan marketing sales Rp3,8 triliun dan laba bersih Rp528 miliar, atau tumbuh masing-masing 25% yoy dan 20% yoy.

Perseroan sudah siap dengan 26 proyek yang sudah running untuk mendukung target tersebut. Termasuk di antaranya yakni proyek transit oriented development di sejumlah stasiun kereta api di Jabodetabek, yang jelas memiliki pangsa pasar yang besar. Kini perseroan masih mematangkan perizinannya.

Cadangan lahan terbesar perseroan adalah di Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, yang terintegrasi dengan proyek bandara internasional baru di sana. Ada sekitar 150 hektar yang telah diakuisisi perseroan bersama mitranya, yakni BIJB Aerocity Development.

Proyek Kertajati merupakan proyek jangka panjang perseroan, sekitar hingga 30 tahun ke depan dengan proyeksi investasi Rp44,1 triliun. Lahan yang baru diakusisi perseroan merupakan bagian dari Business Park I yang total luasnya akan mencapai 300 hektare.

“Kita sudah selesaikan pendirian usaha patungan, tetapi JV-nya belum. Mudah-mudahan akhir bulan ini atau awal bulan depan kita selesaikan pendirian JV,” ungkapnya.

Tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal Rp1,8 triliun, lebih rendah dari tahun lalu Rp2,4 triliun. Sebesar 50%-60% di antaranya akan digunakan untuk pelunasan cicilan lahan perseroan, sisanya 20% untuk pengembangan hotel dan mal, serta 20% untuk setoran modal anak usaha.

Namun, di tengah optimisme tersebut, perseroan justru mengalami dua kali penurunan peringkat oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) tahun lalu. Terakhir, PPRO mengantongi peringkat idBBB dengan outlook stabil dari Pefindo.

Martin Pandiangan, Analis Pefindo, mengatakan bahwa pihaknya tetap mempertahankan pandangan terhadap PPRO dan kecil kemungkinan akan menaikkan peringkatnya, meski kinerja PPRO dianggap membaik.

Martin menilai, cukup sulit bagi PPRO untuk mengandalkan modal internal untuk membiayai ekspansinya, sementara tingkat utang perseroan terhadap EBITDA sudah berada di level yang cukup tinggi mencapai 6,6 kali pada September 2017 lalu, dan sekitar 8 kali selama 2017-2019.

Meskipun PPRO memiliki ratio utang berbading modal atau debt to equity ratio yang masih di level sehat atau di bawah 1 kali, tetapi Pefindo memandang ratio utang terhadap EBITDA lebih mencerminkan kemampuan arus kas perseroan untuk membiayai beban utangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper