Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli Bursa Asia Mengendur Pagi Ini

Reli bursa Asia di level tertingginya dilaporkan mengendur pada perdagangan pagi ini, Rabu (10/1/2018), saat investor mempertimbangkan dampak lonjakan pada imbal hasil obligasi.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Reli bursa Asia di level tertingginya dilaporkan mengendur pada perdagangan pagi ini, Rabu (10/1/2018), saat investor mempertimbangkan dampak lonjakan pada imbal hasil obligasi.

Sementara itu, kinerja mata uang yen Jepang menguat untuk hari kedua berturut-turut, dengan para pedagang tertuju akibat prospek pengurangan pembelian obligasi oleh Bank of Japan.

Indeks Topix Jepang bergerak flat dan indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,3% pada pukul 10.54 pagi waktu Tokyo (pukul 08.54 pagi WIB). Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,1% dan indeks S&P/ASX 200 Australia menyusut 0,4%.

Pada saat yang sama, indeks MSCI All-Country World diperdagangkan di kisaran level tertinggi sepanjang masa yang dibukukan pada Selasa (9/1).

Indeks acuan saham di Asia bergerak variatif pagi ini, dengan bursa saham Jepang terbebani oleh apresiasi lanjutan yen, setelah Bank of Japan melakukan sedikit pengurangan untuk pembelian obligasi pemerintah Jepang berjangka panjang pada hari Selasa (9/1).

Pengurangan pembelian aset oleh sejumlah bank sentral terkemuka di dunia, kenaikan harga komoditas, serta meningkatnya penjualan surat utang AS mendukung kenaikan imbal hasil obligasi, dalam sebuah uji potensial terhadap lonjakan valuasi ekuitas.

Imbal hasil Treasury AS berjangka waktu 10 tahun berada di kisaran level tertingginya sejak Maret, sekitar 2,55%. Level ini mendorong veteran di bidang fixed income Bill Gross untuk menyatakan pasar obligasi yang bearish pada hari Selasa (9/1).

Awal 2018 telah disambut oleh lonjakan aset berisiko, dengan pakar strategi di Morgan Stanley mengatakan bahwa pasar yang bullish pada saham kini telah mencapai tahap euforia. Berikutnya, reli saham akan diuji oleh musim laporan keuangan emiten pekan ini, termasuk JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo & Co.

“Menurut saya, pasar akan lebih naik pada akhir tahun depan dibandingkan dengan posisinya saat ini. Namun, perjalanan untuk mencapainya akan sedikit volatil,” ujar Jonathan Slone, chief executive officer CLSA Ltd.," seperti dikutip dari Bloomberg.

"Ada fluktuasi yang lebih besar seiring dengan datangnya periode penyesuaian dan saat pasar obligasi berada dalam kemungkinan kondisi kisaran perdagangan baru," tambahnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper