Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tembaga Global Diprediksi Makin Melambung

Komoditas tembaga mengalami reli terpanjang sejak 1989 mendekati level US$7.300 per ton di London Metal Exchange (LME) seiring dengan meningkatnya permintaan, adanya gangguan pasokan di China, dan pelemahan dolar AS. Diperkirakan pada kuartal I/2018, harga tembaga akan berada di kisaran US$7.550US$7.600 per ton.
Ilustrasi kawat tembaga./Bloomberg-Andrey Rudakov
Ilustrasi kawat tembaga./Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Komoditas tembaga mengalami reli terpanjang sejak 1989 mendekati level US$7.300 per ton di London Metal Exchange (LME) seiring dengan meningkatnya permintaan, adanya gangguan pasokan di China, dan pelemahan dolar AS. Diperkirakan pada kuartal I/2018, harga tembaga akan berada di kisaran US$7.550—US$7.600 per ton.

Pada penutupan perdagangan Selasa (2/1/2018), harga tembaga di LME turun 42 poin atau 0,58% menjadi US$7.205 per ton. Pada penutupan perdagangan terakhir di 2017, harga ditutup di level US$7.247 per ton setelah sebelumnya berhasil mengalami reli sepuluh sesi berturut-turut.

Berdasarkan The Bloomberg World Mining Index, reli harga tembaga telah memberi keuntungan bagi ekuitas pertambangan. Freeport McMoRan Inc misalnya, yang merupakan produsen tembaga terbesar di dunia yang diperdagangkan di bursa telah memimpin kenaikan tertinggi pada akhir 2017 dengan kenaikan sebesar 38%.

Logam dasar mencatat kenaikan terbesar diantara sejumlah bahan baku pada 2017. Sepanjang tahun 2017, tembaga telah tumbuh mencapai 20% seiring dengan dorongan dari permintaan yang lebih cepat dan gangguan pasokan, termasuk penghentian pabrik di China lantaran pemerintah Beijing menekan upaya pengurangan polusi.

Dukungan lebih lanjut juga datang dari mata uang dolar AS yang lebih lemah, sehingga membuat harga komoditas tembaga dengan mata uang lain bisa lebih murah.

“Dolar melemah, dana yang kembali paska liburan Natal memperpanjang reli logam [tembaga], menambah tekanan pada sentimen bullish-nya [dolar],” kata Xu Maili, analis Everbright Futures Co, seperti dilansir dari Bloomberg.

Melihat peluang yang positif bagi tembaga, Jeffrey Currie, Kepala Riset Komoditas Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan harga tembaga akan semakin tinggi pada 2018, bahkan hingga 2020 akan mencapai US$7.600 per ton.

“Permintaan yang kuat dan inflasi biaya mendorong harga lebih tinggi pada 2018,” kata Jeffrey Currie, Kepala Riset Komoditas Goldman Sachs.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan, kendati tembaga akan mendapatkan tekanan dari kebijakan berbagai bank utama dunia, seperti European Central Bank (ECB), Bank of Jepang, dan Bank Sentral AS yang akan menaikkan tingkat suku bunga, namun tembaga mendapatkan permintaan yang kuat dari berbagai negara besar.

“Sentimen negatif itu hanya sebentar. Pelaku pasar akan condong pada data ekonomi China, berupa data manufaktur yang kemungkinan masih di atas level 50 yang akan mendorong laju penguatan,” kata Ibrahim ketika dihubungi Bisnis, Rabu (3/1/2017).

Berdasarkan data National Bureau Statistic (NBS), manufacture purchasing manager’s index (PMI) terakhir pada Desember 2017 mencapai 51,6, melambat dari level 51,8 pada bulan sebelumnya. Namun, pencapaian di atas 50 sudah mengindikasikan adanya pertumbuhan atau ekspansi, sementara di bawah level tersebut menunjukkan kontraksi.

Di samping itu, sejumlah negara bakal meningkatkan permintaan terhadap tembaga sehingga mendorong harga tembaga. Seperti Amerika, Presiden AS Donald Trump sudah harus memulai pembangunan infrastruktur pada awal tahun ini. Contohnya dengan membangun jembatan pembatas antara Amerika dan Meksiko yang akan membutuhkan banyak tembaga.

Permintaan dari China juga meningkat paska mengalami gempa beberapa bulan yang lalu juga masih membutuhkan banyak tembaga sebagai bahan untuk membangun infrastruktur. Sejumlah negara Eropa dan Asia juga tidak ketinggalan dalam pembangunan infrastruktur.

“Saya memperkirakan pada kuartal I/2018, harga tembaga akan berada di kisaran US$7.550—US$7.600 per ton,” kata Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper