Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Bersama Mayoritas Mata Uang Asia

Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (7/12/2017), sejalan dengan depresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Mata uang Asia/ilustrasi
Mata uang Asia/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (7/12/2017), sejalan dengan depresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,06% atau 8 poin di Rp13.554 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,01% atau 1 poin di posisi 13.547.

Adapun pada perdagangan Rabu (6/12), rupiah berakhir melemah 0,20% atau 27 poin di posisi 13.546. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif cenderung melemah di kisaran Rp13.541 – Rp13.557 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang Asia terdepresiasi dengan yen Jepang memimpin pelemahan sebesar 0,31%, berdasarkan data Bloomberg. Pelemahan yen diikuti ringgit Malaysia dan rupee India yang masing-masing melemah 0,27% dan 0,08%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau bergerak di zona hijau dengan kenaikan 0,08% atau 0,076 poin ke 93,686 pada pukul 16.47 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,03% atau 0,029 poin di level 93,581, setelah pada Rabu (6/12) berakhir menguat 0,25% di posisi 93,610.

Pergerakan indeks dolar AS sempat terdampak pernyataan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah Trump tersebut dinilai membahayakan upaya perdamaian di Timur Tengah sekaligus mengecewakan banyak pihak, termasuk sekutu Washington.

Namun penurunan dolar dibatasi optimisme terhadap perkembangan proses perundang-undangan pajak AS oleh para pembuat kebijakan.

Kubu Republik di Senat AS sepakat untuk berdiskusi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS terkait hal ini di tengah tanda-tanda bahwa perbedaan pendapat di antara kedua belah pihak dapat dijembatani.

“Dampak aksi menjauhi aset berisiko yang melemahkan dolar akibat perkembangan di Timur Tengah terlihat terbatas,” ujar Yukio Ishizuki, senior currency strategist di Daiwa Securities, seperti dikutip dari Reuters.

“Kita masih melihat sejumlah pelaku pasar menjual dolar mereka, tapi dolar diposisikan untuk menyerap tekanan penjualan, banyak juga yang siap melakukan pembelian dari penurunan,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper