Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi IHSG: Bersiap Window Dressing Desember

Seperti 10 tahun sebelumnya, Desember tahun ini juga diperkirakan menjadi momentum peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau kerap disebut window dressing.
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/11)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/11)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Seperti 10 tahun sebelumnya, Desember tahun ini juga diperkirakan menjadi momentum peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau kerap disebut window dressing.

Sejumlah saham sektor emiten yang diperkirakan menanjak dan menopang IHSG dalam empat pekan terakhir 2017 ialah perbankan, infrastruktur, perdagangan, serta komoditas, terutama yang termasuk kategori big caps.

Vice president Research Department Indosurya Securities William Surya wijaya menuturkan, periode Desember kerap disebut sebagai aksi window dressing karena emiten berupaya memacu kinerja. Selain itu, sejumlah perusahaan yang mengantongi laba bersih berpeluang melakukan pembagian dividen interim.

"Kedua sentimen ini membuat investor cenderung melakukan aksi beli, sehingga bulan Desember IHSG cenderung meningkat secara historis," ujarnya kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Pada penutupan perdagangan Kamis (30/12), IHSG meninggalkan level 6.000 setelah menurun 1,80% atau 109,23 poin menuju 5.952,14. Namun demikian, harga masih meningkat 12,37% sepanjang 2017.

Tabel Potensi Window Dressing

I. Performa IHSG Per Bulan 2017

Bulan Harga Pertumbuhan MoM(%)

Januari 5.294,10 -2,61

Februari 5.386,69 1,75

Maret 5.568,11 3,37

April 5.685,30 2,10

Mei 5.738,15 0,93

Juni 5.829,71 1,60

Juli 5.840,94 0,19

Agustus 5.864,06 0,40

September 5.900,85 0,63

Oktober 6.005,78 1,78

November 5.952,14 -0,89

 

II. 10 Emiten Penopang Utama IHSG Januari-November 2017

Emiten Harga (Rp) Pertumbuhan (%)

BBCA 20.350 32,78

BBRI 3.210 42,09

UNVR 49.300 29,33

BMRI 7.400 30,81

BBNI 8.100 51,27

UNTR 33.500 61,43

HMSP 4.100 10,09

GGRM 76.525 23,71

TLKM 4.150 7,12

TPIA 5.475 38,27

 

 

III. 10 Emiten Penekan Utama IHSG Januari--November 2017

Emiten Harga (Rp) Pertumbuhan (%)

PGAS 1.700 -35,05

LPPF 10.600 -27,62

MIKA 1.835 -27,29

SCMA 2.200 -20,92

PPRO* 196 -42,06

PTPP 2.570 -31,56

BJBR 2.490 -23,16

SMRA 860 -35,09

INAF 2.530 -45,94

JGLE 114 -71,21

*PPRO melakukan stock split 1:4 pada Januari 2017

IV. Performa IHSG Periode Desember 10 Tahun Terakhir

Periode Harga Pertumbuhan MoM (%)

Des'16 5.296,71 2,87

Des'15 4.593,01 3,30

Des'14 5.226,95 1,50

Des'13 4.274,18 0,42

Des'12 4.316,69 0,95

Des'11 3.821,99 2,88

Des'10 3.703,51 4,88

Des'09 2.534,36 4,91

Des'08 1.355,41 9,17

Des'07 2.745,83 2,14

 

Sumber: Bloomberg, diolah

Menurut William, IHSG mengalami konsolidasi wajar setelah mengalami kenaikan yang terbatas. Harga indeks memang dianggap terlalu tinggi, sehingga investor wait and see untuk kemudian masuk lagi ke pasar saham.

"Ketika harga naik terlalu tinggi, perlu adanya konsolidasi sehingga menarik investor kembali. Karena itu, potensi window dressing bulan ini sangat terbuka," ujarnya.

Dia menyampaikan, sektor emiten yang menarik minat investor pada bulan ini ialah perbankan. Pasalnya, mayoritas saham-saham big caps yang menopang IHSG berasal dari segmen tersebut.

Momentum Natal dan Tahun Baru turut mengatrol kinerja emiten di sektor infrastruktur, terutama telekomunikasi dan jalan tol. Saat liburan, biasanya kebutuhan paket data handphone meningkat. Konsumen juga memanfaatkan paket data untuk saling mengirimkan ucapan selamat.

Sektor saham lainnya yang berpeluang meningkat ialah perdagangan dan consumer goods seperti UNVR serta MYOR. Pasalnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terbilang stabil kendati isu penurunan daya beli cukup gencar beredar di masyarakat.

Dari sisi eksternal, IHSG turut diuntungkan kondisi pasar saham global yang cenderung menguat, terutama di Amerika Serikat. Isu penaikkan suku bunga Federal Reserve pada akhir 2017 juga sudah diantisipasi investor.

William menambahkan, ada kekhawatiran di pasar mengenai siklus penurunan ekonomi global 10 tahunan yang berlangsung pada 1998 dan 2008. Namun demikian, kondisi makro Indonesia dan dunia tentunya sudah lebih baik, sehingga pada 2018 pertumbuhan ekonomi masih menanjak.

Senior Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menyampaikan, investor lebih mengincar saham-saham perusahaan big caps dibandingkan pertimbangan soal sektor. Oleh karena itu, saham sektor perbankan bakal menghijau dalam sebulan ke depan.

"Saham-saham big caps kebanyakan perbankan. Sebenarnya investor memilih bukan karena pertimbangan sektornya, melainkan karena porsinya di market cap pasar modal cukup besar," paparnya.

Saham emiten berkapitalisasi besar lainnya yang menjadi bidikan pelaku pasar dalam momen window dressing ialah GGRM, ASII, dan UNTR. Selain itu, saham perusahaan yang terkait komoditas energi berpotensi meningkat.

Menjelang akhir tahun, biasanya harga komoditas energi seperti minyak, batu bara, dan gas alam cenderung memanas akibat meningkatnya permintaan. Sentimen ini menjadi salah satu pertimbangan pelaku pasar untuk melakukan pembelian saham di sektor tersebut.

"Tinggal nanti dilihat apakah semua saham terkait komoditas, atau investor kejar saham emiten komoditas yang big caps saja karena apresiasi harga lebih besar ke sana," tuturnya.

Dalam sebulan terakhir 2017, pelaku pasar akan memantau sejumlah data ekonomi domestik dan mancanegara seperti tingkat inflasi, indeks manufaktur, dan perkembangan tenaga kerja. Investor juga memerhatikan rencana pengetatan kebijakan moneter dari sejumlah bank sentral utama global, khususnya Federal Reserve.

Sentimen global lain yang menjadi perhatian ialah perubahan kebijakan moneter Tiongkok dan gejolak geopolitik seputar Korea Selatan. Kedua negara menganut sistem informasi yang tertutup, sehingga tindakan-tindakan ataupun kebijakan yang diambil kerap mengagetkan pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper