Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok AS Turun, Harga Minyak Berfluktuasi

Cadangan minyak AS dilaporkan mengalami penurunan pada pekan yang berakhir pada 24 November 2017 sebesar 3,4 juta barel, jauh dari perkiraan para analis.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Cadangan minyak AS dilaporkan mengalami penurunan pada pekan yang berakhir pada 24 November 2017 sebesar 3,4 juta barel, jauh dari perkiraan para analis.

Harga minyak mengalami fluktuasi pada hari ini di tengah pelaksanaan rapat dari negara OPEC yang diprediksi optimistis akan melakukan perpanjangan pemangkasan produksi hingga akhir 2018.

Pada perdagangan Kamis (30/11/2017) pukul 08.44 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Januari 2018 naik tipis 0,07 poin atau 0,12% menjadi US$57,37 per barel di New York Merchantile Exchange.

Sementara itu, harga minyak Brent kontrak pengiriman Januari 2018 menguat meningkat 0,16 poin atau 0,25% menuju US$63,27 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.

Rabu malam dalam laporan mingguannya, Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa cadangan minyak mentah AS turun sebanyak 3,4 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 24 November 2017.

Angka tersebut lebih besar dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters dengan penurunan sebanyak 2,3 juta barel.

Selain itu, EIA juga melaporkan bahwa suplai di kawasan Cushing, Oklahoma, titik distribusi utama untuk minyak NYMEX mengalami penurunan sebanyak 2,9 juta barel pada pekan lalu.

Analis mengaitkan penurunan persediaan terbesar sejak September 2009 ini dengan penutupan pipa minyak mentah Keystone pada 16 November 2017 lalu yang menyebabkan kebocoran sebanyak 5.000 barel minyak di South Dakota.

"Stok utama penarikan minyak mentah sangat mendukung. Ini adalah fungsi dari penutupan pipa Keystone yang berdampak pada persediaan Cushing,” kata John Kilduff, partner at Energy Hedge Fund Again Capital LLC di New York.

Dalam pertemuan OPEC hari ini, di samping optimisme yang tinggi, semua bergulat pada kekhawatiran meningkatnya produksi AS lantaran diperkirakan produksi akan mencapai 9,9 juta barel per hari pada Desember mendatang.

Hal itu akan membawa output AS mendekati tingkat produsen utama Arab Saudi dan Rusia. (Reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper