Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasdaq Turun Lebih dari 1%, Dow Jones Catat Rekor Baru

Pergerakan tiga indeks saham acuan Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street berakhir variatif pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Nasdaq mencatatkan penurunan terbesar harian dalam lebih dari tiga bulan.
Bursa AS./Reuters
Bursa AS./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan tiga indeks saham acuan Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street berakhir variatif pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Nasdaq mencatatkan penurunan terbesar harian dalam lebih dari tiga bulan.

Indeks Nasdaq Composite ditutup merosot 1,27% atau 88,02 poin di level 6.824,34, indeks Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,44% atau 103,97 poin di level 23.940,68, dan indeks S&P 500 turun tipis 0,04% atau 0,97 poin di 2.626,07.

Nasdaq merosot setelah investor melepas saham teknologi dan beralih ke saham bank dan saham lainnya yang dapat diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi, peraturan dan pajak yang lebih rendah, serta tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Di sisi lain, penguatan pada saham finansial, industri, dan kesehatan mampu mendorong Dow Jones mencatatkan rekor level penutupan tertinggi terbaru, sekaligus membantu mengangkat indeks acuan S&P 500 berakhir cenderung flat.

Sektor teknologi S&P, yang telah mendorong reli rekor pasar saham tahun ini, turun 2,6% untuk penurunan harian terbesar dalam lima bulan.

Saham Amazon.com, Apple, induk Google Alphabet, dan Facebook turun antara 2%-4%. Adapun saham Netflix anjlok 5,5% dan indeks semikonduktor Philadelphia turun 4,4%.

Sementara itu, kinerja finansial naik 1,8%, menambah kenaikan pada hari Selasa sekaligus kenaikan dua hari terbesar pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS tahun 2016. Saham JP Morgan naik 2,3% dan Wells Fargo naik 2%.

Sektor industri naik 0,9%, dipimpin saham transportasi seperti Southwest Airlines, perusahaan kereta api Union Pacific, dan perusahaan pengepakan paket UPS.

“Tentu saja kami melihat perubahan penguatan terbesar setidaknya untuk hari ini karena kita mengambil keuntungan dari [penguatan] teknologi,” kata Michael Arone, kepala strategi investasi di State Street Global Advisors, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/11/2017).

“Kemudian mendistribusikan kembali keuntungan tersebut ke area yang akan mendapatkan keuntungan dari pajak yang lebih rendah, peraturan yang lebih longgar, tingkat suku bunga yang lebih tinggi, dan jenis tahap selanjutnya dari siklus ekonomi,” lanjutnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper