Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Naik, Harga Minyak AS Kian Turun

Pelemahan harga minyak mentah AS berlanjut pada perdagangan pagi ini (Rabu pagi WIB), menyusul laporan industri yang menunjukkan kenaikan tak terduga atas jumlah stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga minyak mentah AS berlanjut pada perdagangan pagi ini (Rabu pagi WIB), menyusul laporan industri yang menunjukkan kenaikan tak terduga atas jumlah stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari diperdagangkan di US$57,73 per barel pada pukul 4.41 sore waktu setempat, setelah pada akhir perdagangan Selasa (28/11) ditutup turun 12 sen di US$57,99 per barel di New York Mercantile Exchange, level terendah sejak 21 November.

Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 26% di bawah rata-rata 100 hari. WTI berakhir melemah di tengah keraguan seputar sikap Rusia terkait rencana perpanjangan kesepakatan pembatasan produksi OPEC.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari ditutup melemah 23 sen di US$63,61 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Dilansir Bloomberg, American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa jumlah persediaan minyak AS meningkat sebesar 1,82 juta barel pekan lalu.

Hal ini berbanding terbalik dengan prediksi dalam survei Bloomberg untuk penurunan sebesar 2,95 juta barel, sebelum Energy Information Administration (EIA) mengumumkan penghitungannya pada hari Rabu.

Sebelumnya harga minyak AS turun 0,2% ke level terendahnya dalam sepekan di New York setelah naik di atas US$59 per barel pada perdagangan Jumat (24/11).

Menurut sumber terkait, saat seluruh anggota OPEC mendukung rencana perpanjangan upaya penurunan produksi hingga akhir 2018, Rusia masih belum berkomitmen terhadap usulan tersebut.

Jika hasil pertemuan OPEC di Wina yang akan berlangsung pada hari Kamis (30/11) tidak memenuhi harapan, maka harga bisa turun lebih cepat, seperti diungkapkan Goldman Sachs Group Inc.

“Isu saat ini adalah tentang Rusia,” ujar Bob Yawger, direktur futures di Mizuho Securities USA Inc. di New York, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/11/2017). “Jika periode perpanjangannya kurang dari sembilan bulan, pasar tidak akan sangat senang.”

Menurut seorang delegasi, sebuah pertemuan OPEC Joint Technical Committee beserta sejumlah negara non-OPEC merekomendasikan agar upaya pemangkasan pasokan diperpanjang hingga akhir tahun depan.

Menteri Perminyakan Irak Jabbar Al-Luaibi mengatakan kepada wartawan di Wina pada hari Selasa bahwa OPEC pada umumnya sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak. Dikatakan olehnya, ada beberapa opsi yang sedang dibahas untuk jangka waktu tersebut, termasuk enam bulan, sembilan bulan, dan satu tahun.

Meski demikian, keragu-raguan tetap menghantui pasar ketika Moscow masih memiliki kekhawatiran bahwa upaya dukungan untuk harga minyak AS agar berada di atas US$60 per barel akan memberi keuntungan bagi produsen minyak shale di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper