Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Terbebani Potensi 'Government Shutdown', Rupiah Rebound

Nilai tukar rupiah sukses membukukan rebound pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (29/11/2017), sejalan dengan apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah sukses membukukan rebound pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (29/11/2017), sejalan dengan apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,07% atau 10 poin di Rp13.500 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Selasa (28/11), rupiah berakhir terdepresiasi tipis 0,01% atau 2 poin di posisi 13.512.

Rebound nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini sekaligus mengakhiri depresiasi selama dua hari berturut-turut sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di kisaran Rp13.488 – Rp13.519 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang Asia terapresiasi dengan won Korea Selatan memimpin penguatan sebesar 0,70%, berdasarkan data Bloomberg.

Penguatan won diikuti ringgit Malaysia (0,51%), baht Thailand (0,23%), dan peso Filipina (0,21%). Adapun dolar Hong Kong terpantau terdepresiasi sendiri sebesar 0,02% pada pukul 16.58 WIB.

Kinerja won terapresiasi ketika para pedagang memilih lebih mencermati keputusan suku bunga Bank of Korea (BOK) serta mengabaikan provokasi terbaru Korea Utara dengan peluncuran rudal balistiknya.

“Investor melihat sedikit kemungkinan terjadinya eskalasi dan menggunakan provokasi ini sebagai peluang untuk menambah risiko,” ujar Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia-Pasifik di Oanda, seperti dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,17% atau 0,156 poin ke 93,114 pada pukul 16.48 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,06% atau 0,058 poin di level 93,212, setelah pada Selasa (28/11) berakhir menguat 0,39% di posisi 93,270.

Kinerja dolar merosot terhadap sejumlah mata uang utama, akibat penguatan mata uang pound sterling serta kekhawatiran tentang kemungkinan penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS setelah Partai Demokrat menarik diri dari sebuah pertemuan dengan Presiden Donald Trump.

Sejumlah pemimpin kubu Demokrat di Kongres AS pada hari Selasa (28/11) waktu setempat melewatkan pertemuan dengan Trump yang diagendakan untuk fokus pada anggaran, setelah pada hari yang sama Trump mengecam mereka lemah terkait imigrasi ilegal.

Hal tersebut meningkatkan risiko penutupan pemerintah menjelang batas waktu yang ditetapkan pada 8 Desember.

“Pasar memberi lebih banyak perhatian atas potensi penutupan ini pada 8 Desember berikut fakta dari cuitan Trump tersebut,” ujar pakar strategi makro dari MUFG Derek Halpenny, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper