Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks S&P 500 Tembus Level 2.600, Pasar Asia Antusias

Pergerakan sejumlah indeks saham di Asia menguat pada awal perdagangan hari ini, Senin (27/11/2017), menyusul rekor baru yang dibukukan bursa Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham di Asia menguat pada awal perdagangan hari ini, Senin (27/11/2017), menyusul rekor baru yang dibukukan bursa Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu.

Baik indeks Topix dan Nikkei 225 Stock Average Jepang naik 0,2% pada pukul 9.23 pagi waktu Tokyo (pukul 7.23 WIB), sedangkan indeks S&P/ASX Australia naik 0,4%.

Di sisi lain, indeks Kospi Korsel dikabarkan turun 0,4% dan kontrak berjangka pada indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,4%. Adapun indikator indeks S&P 500 dikabarkan bergerak flat setelah berakhir menguat sekitar 0,2% pada perdagangan Jumat (24/11).

Saham teknologi membawa indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat level penutupan tertinggi pada perdagangan saham Jumat (24/11). Indeks S&P untuk pertama kalinya berakhir di atas level 2.600.

Indeks acuan S&P 500 dan Dow Jones membukukan kenaikan mingguan pertamanya dalam tiga pekan, sementara indeks Nasdaq Composite membukukan kinerja mingguan terbaiknya sejak pekan yang berlangsung hingga 1 September.

Dilansir Bloomberg, indeks saham di Jepang dan Australia berikut kontrak berjangka di China dan Hong Kong naik setelah indeks S&P 500 menyentuh rekornya di level 2.602,42. Sementara itu, nilai bitcoin melonjak sekitar 13% selama akhir pekan.

Laporan ekonomi dari AS, China, Jepang, dan India pekan ini akan memungkinkan investor untuk menilai kemajuan pertumbuhan global. Data PMI manufaktur Caixin dan resmi di China diperkirakan akan menunjukkan momentum yang sebagian besar stabil.

Sementara itu, Bloomberg Intelligence memproyeksi data produksi industri Jepang akan rebound pada Oktober, namun indeks harga konsumen (CPI) kemungkinan akan menunjukkan perbedaan yang tajam antara data headline dan inflasi inti.

Saat pasar ekuitas yang diperdagangkan di level tertingginya menunjukkan antusiasme pengelola dana untuk ekspansi laba seiring dengan pertumbuhan ekonomi, investor obligasi bertaruh bahwa kekhawatiran inflasi akan membatasi laju penaikan suku bunga di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper