Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Kurs Asia Melemah, Rupiah Kokoh di Zona Hijau

Rupiah ditutup menguat 0,05% atau 7 poin ke level Rp13.504 per dolar AS, setelah dibuka menguat hanya 1 poin atau 0,01% ke level Rp13.510 per dolar AS.
Ilustrasi/MediumTermNotes.com
Ilustrasi/MediumTermNotes.com

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (24/11/2017), meskipun mayoritas kurs di Asia melemah.

Rupiah ditutup menguat 0,05% atau 7 poin ke level Rp13.504 per dolar AS, setelah dibuka menguat hanya 1 poin atau 0,01% ke level Rp13.510 per dolar AS.

Rupiah melanjutkan penguatannya di hari ketiga setelah pada perdagangan kemarin, (Kamis 23/11), rupiah ditutup menguat 0,09% atau 12 poin di level Rp13.511 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah terus melaju di zona hijau dan bergerak pada kisaran Rp13.492 – Rp13.513 per dolar AS.

Rupiah menguat bergerak di saat mayoritas mata uang Asia tertekan, dengan renminbi China melemah paling tajam sebesar 0,30%, diikuti rupee India yang melemah 0,22% dan yen Jepang yang turun 0,21%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,14% atau 0,127 poin ke 93,09 pada pukul 16.30 WIB.

Indeks dolar AS masih melemah akibat terbebani sikap hati-hati The Fed terhadap prediksi inflasi AS yang rendah.

 “Pengelola investasi global yang menutup buku mereka bulan ini telah mengambil keuntungan dari pembelian dolar mereka,” kata Mitsuo Imaizumi, kepala strategi valuta asing di Daiwa Securities, seperti dikutip dari Reuters.

“Hal ini membuat dolar berada di bawah tekanan, dan dikombinasikan dengan likuiditas tipis pasca liburan [Thanksgiving pada Kamis], akan sulit baginya untuk menguat pada sesi ini,” lanjutnya.

Pergerakan dolar AS terdampak rilis risalah rapat kebijakan The Fed 31 Oktober-1 November pada Rabu (22/11) waktu setempat yang menunjukkan kekhawatiran sejumlah pembuat kebijakan mengenai inflasi yang rendah.

Terdapat kekhawatiran di antara para pembuat kebijakan seputar prospek inflasi, dengan menyoroti data ekonomi dalam menentukan periode kenaikan suku bunga di masa mendatang.

Pada saat yang sama, para pembuat kebijakan The Fed juga memperkirakan bahwa suku bunga AS harus dinaikkan dalam waktu dekat, sehingga memperkuat ekspektasi pasar bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada Desember.

“Saya rasa terlihat cukup meyakinkan, menjelang pergantian tahun menuju 2018, The Fed akan fokus pada inflasi [yang rendah] dibandingkan dengan pertumbuhan,” ujar Stephen Innes, kepala perdagangan di Asia Pasifik untuk Oanda, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper