Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Pajak Terhambat, Dolar AS Melesu

Indeks dolar Amerika Serikat diperkirakan melanjutkan pelemahan akibat terhambatnya rancangan program reformasi pajak perusahaan.
Dolar AS./.Bloomberg
Dolar AS./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA--Indeks dolar Amerika Serikat diperkirakan melanjutkan pelemahan akibat terhambatnya rancangan program reformasi pajak perusahaan.

Sentimen ini diprediksi mendorong mata uang utama lainnya seperti euro (EUR) dan pound sterling (GBP).

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/11), indeks dolar AS (DXY) tergelincir 0,29% atau 0,27 poin menjadi 93,662. Sepanjang 2017 harga melesu 8,36%.

Valbury Asia Futures dalam publikasi risetnya yang mengutip Reuters menyampaikan, dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama karena tergelincirnya obligasi pemerintah. Aksi jual obligasi disebabgkan rancangan program reformasi pajak yang menemui hambatan di tingkat senator.

Pada Kamis (16/11/2017), sebetulnya anggota kongres menyetujui paket pemotongan pajak yang dicanangkan oleh Presiden AS Donald Trump. Namun, perdebatan terjadi di senat, terutama dari Partai Republik yang notabene mengusung Trump dalam Pilpres AS tahun lalu.

Dolar AS juga melemah akibat laporan Penyidik Khusus Robert Mueller yang menemukan adanya kemungkinan campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016. Dokumen investigasi itu dipublikasikan pada Kamis (16/11).

Tim analis Valbury menyebutkan, pelemahan dolar AS dapat mengerek nilai euro. Mata uang EUR/USD memiliki support penting di level 1,1369 per dolar AS. Adapun resistan penting yang menjadi target ialah 1,2031 per dolar AS.

"Rekomendasi beli EUR/USD di posisi 1,1770 per dolar AS dengan target 1,1845-1,1880 per dolar AS. Namun, investor dapat stop loss di posisi 1,1695 per dolar AS," papar laporan, Sabtu (18/11).

Pada Senin (20/11), EUR/USD memiliki level resistan 1,860; 1,960; 1,2031; dan 1,2092 per dolar AS. Adapun level support ialah 1,1658; 1,1584; 1,1477; dan 1,1369 per dolar AS.

Seamus Mac Gorain, fixed income portfolio manager JPMorgan Asset Management, mengatakan sebetulnya sulit untuk melihat EUR bergerak lebih tinggi. Pasalnya, pernyataan Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi semakin menjauhi sentimen hawkish.

Pada Jumat (17/11) waktu setempat, Draghi dalam pidatonya menyampaikan inflasi lima tahunan yang menjadi indikator inflasi jangka panjang muncur dari level tertinggi 8 bulan terkhir menjadi 1,7%.

Menurutnya, ekonomi zona Eropa masih bergantung kepada kredit murah. Oleh karena itu, ECB akan memperpanjang program pembelian obligasinya untuk meningkatkan biaya pinjaman.

"Komentar Draghi membuat EUR sulit meningkat lebih tinggi," papar Mac Gorain seperti dikutip dari Reuters.

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/11), mata uang EUR naik 0,0020 poin atau 0,17% menjadi 1,1790 per dolar AS. Harga menigkat 11,38% dalam setahun terakhir.

Valbury menyampaikan, secara teknikal harian RSI, GBP/USD cenderung meningkat. Oleh karena itu, investor direkomendasikan beli di harga 1,3190 per dolar AS dan stop loss di 1,3110 per dolar AS. Adapun target harga 1,3290-1,3320 per dolar AS.

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/11), mata uang GBP naik 0,0020 poin atau 0,15% menjadi 1,3214. Dalam setahun terakhir harga meningkat 7,03%.

Pada hari ini, Senin (20/11), GBP/USD memiliki level resistan 1,3298; 1,3336; 1,3455; dan 1,3514 per dolar AS. Adapun level support ialah 1,3037; 1,2907; 1,2849; dan 1,2770 per dolar AS.

Dalam sepekan ini, investor mata uang akan memantau sejumlah agenda penting. Pada Senin (20/11), Presiden ECB Mario Draghi dan akan anggota Monetary Policy Committee (MPC) Bank of England (BoE) David Ramsden menyampaikan pidato di tempat berbeda.

Adapun Reverse Bank of Australia (RBA) melansir risalah rapat kebijakan yang berlangsung pekan lalu.

Pada Selasa (21/11), pasar akan memantau pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen dan Gubernur RBA Philip Lowe. Kemudian pada Rabu (22/11), Fed akan melansir risalah rapat atau FOMC Minutes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper