Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Terbebani Laporan WSJ, Rupiah Rebound Jelang Akhir Pekan

Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan reboundnya hingga akhir perdagangan hari ini, Jumat (17/11/2017), bersama apresiasi mayoritas mata uang Asia seiring dengan pelemahan dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan reboundnya hingga akhir perdagangan hari ini, Jumat (17/11/2017), bersama apresiasi mayoritas mata uang Asia seiring dengan pelemahan dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,06% atau 8 poin di Rp13.531 per dolar AS, setelah dibuka dengan rebound 0,10% atau 14 poin di Rp13.525. Adapun pada perdagangan Kamis (16/11), rupiah berakhir melemah 0,03% atau 4 poin di posisi 13.539.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak cenderung terapresiasi di kisaran Rp13.485 – Rp13.534 per dolar AS.

Sementara itu, mayoritas mata uang Asia menguat dipimpin rupee India dengan apresiasi 0,48%, diikuti yen Jepang sebesar 0,44%. Adapun peso Filipina dan renminbi China masing-masing terpantau melemah 0,37% dan 0,06%.

“Mata uang Asia terus pulih ditopang pemulihan pada ekuitas global,” ujar Khoon Goh, head of Asia research di ANZ Banking Group, seperti dikutip dari Bloomberg.

Di sisi lain, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,27% atau 0,250 poin ke 93,682 pada pukul 16.35 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,17% atau 0,155 poin di level 93,777, setelah pada Kamis (16/11) berakhir menguat 0,13% di posisi 93,932.

Dolar tergelincir ke zona merah akibat laporan Wall Street Journal (WSJ) bahwa pihak penyidik campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS telah mengeluarkan surat pemanggilan terhadap tim kampanye Presiden Donald Trump.

Penasihat Khusus Robert Mueller bulan lalu dikabarkan mengeluarkan surat pemanggilan untuk meminta dokumen yang berisi kata kunci Rusia tertentu dari sejumlah pejabat.

“Aksi jual dolar AS meningkat setelah pasar menyadari laporan Wall Street Journal," kata Yukio Ishizuki, analis mata uang senior Daiwa Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper