Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terkoreksi Tipis Jelang RDG Bank Indonesia

Apresiasi nilai tukar rupiah berakhir pada perdagangan hari ini, Kamis (16/11/2017), saat dolar AS menguat serta menjelang pengumuman keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Apresiasi nilai tukar rupiah berakhir pada perdagangan hari ini, Kamis (16/11/2017), saat dolar AS menguat serta menjelang pengumuman keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.

Rupiah ditutup melemah 0,03% atau -4 poin di Rp13.539 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,08% atau -11 poin di Rp13.546. Adapun pada perdagangan Rabu (15/11), rupiah berakhir menguat 0,12% atau 16 poin di posisi 13.535.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak cenderung terdepresiasi di kisaran Rp13.530 – Rp13.552 per dolar AS.

Dilansir Bloomberg, rupiah melemah setelah sejumlah ekonom memprediksi bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada akhir RDG BI hari ini.

Menurut 22 ekonom dalam survei Bloomberg, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 4,25%.

“Ruang untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut berkurang,” ujar Aldian Taloputra, ekonom Standard Chartered di Jakarta. Namun, lanjutnya, pemangkasan suku bunga tidak bisa dikesampingkan pada kuartal I/2018 jika inflasi tetap rendah.

Di sisi lain, mata uang Asia bergerak variatif dengan won Korea Selatan memimpin penguatan dengan apresiasi 1%, diikuti peso Filipina sebesar 0,38%. Adapun yen Jepang dan renminbi China memimpin depresiasi, masing-masing sebesar 0,29% dan 0,10%.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,12% atau 0,110 poin ke 93,923 pada pukul 16.39 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,09% atau 0,082 poin di level 93,895, setelah pada Rabu (15/11) berakhir turun tipis 0,01% di posisi 93,813.

Dilansir Reuters, dolar berhasil rebound saat pasar global mendapatkan kembali minat investor terhadap aset berisiko pasca aksi jual yang tajam pada saham dan greenback selama sepekan terakhir.

“Saham (telah) naik kembali dan itu menjadi jaminan bagi daya tarik aset berisiko,” ujar pakar strategi mata uang Rabobank, Jane Foley, seperti dikutip dari Reuters.

“Komentar hawkish pada Rabu malam dari Ketua The Fed wilayah Boston, Eric Rosengren, bahwa The Fed harus terus menaikkan suku bunga, termasuk pada pertemuan bulan depan, juga telah membantu dolar,” lanjutnya.

Di sisi lain, kekhawatiran mengenai prospek kelanjutan rencana reformasi pajak AS tetap menghantui dan masih membuat greenback berada di bawah tekanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper