Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Hang Seng Terdampak Perlambatan Data Ekonomi China

Pergerakan indeks saham acuan Hong Kong berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (14/11/2017), menyusul rilis data yang menunjukkan perlambatan ekonomi di daratan utama China bulan lalu.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks saham acuan Hong Kong berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (14/11/2017), menyusul rilis data yang menunjukkan perlambatan ekonomi di daratan utama China bulan lalu.

Indeks Hang Seng ditutup turun 0,10% atau 30,06 poin di 29.152,12. Pagi tadi Hang Seng dibuka dengan penguatan 0,31% atau 89,92 poin di posisi 29.272,10.

Sebanyak 23 saham menguat, 23 saham melemah, dan 4 saham stagnan dari 50 saham yang diperdagangkan di Hang Seng hari ini.

Sub indeks pada indeks Hang Seng yang melacak saham energi merosot 1,1%, sedangkan sektor tekonologi informasi (TI) turun 0,3%.

Saham China Unicorn Hong Kong Ltd. yang drop 2,30% memimpin pelemahan saham pada indeks Hang Seng di akhir perdagangan, diikuti AAC Technologies Holdings Inc. (-2,29%) dan Cathay Pacific Airways Ltd. (-1,96%).

Dilansir Reuters, data yang dirilis hari ini menunjukkan bahwa tenaga perekonomian China mengendur pada Oktober, setelah angka produksi industri, investasi aset tetap, dan penjualan ritel meleset dari ekspektasi.

Performa ketiga indikator penting ekonomi China tersebut melambat seiring dengan upaya pemerintah memperpanjang tindak keras terhadap risiko utang dan polusi pabrik.

Berdasarkan data Biro Statistik China, output industri hanya tumbuh 6,2% pada Oktober melambat dibandingkan dengan September di angka 6,6%. Tetapi, angka itu terpaut tipis dari rata-rata proyeksi 6,3%..

Adapun penjualan eceran melonjak 10% dari tahun sebelumnya, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan 10,5% serta pencapaian pada September sebesar 10,3%. Investasi asset tetap yang tidak termasuk rumah tangga pedesaan naik 7,3% pada Oktober, sesuai perkiraan ekonom.

Upaya untuk menekan polusi udara juga memengaruhi produksi pabrik. Selain itu, perlambatan kredit juga berpotensi membebani ekonomi pada kuartal keempat. Namun, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut berada di jalur akselerasi setahun penuh dalam tujuh tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper