Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Kurs Asia Melemah, Rupiah Tertekan di Zona Merah

Rupiah ditutup melemah 0,20% atau 27 poin ke level Rp13.543 per dolar AS setelah dibuka menguat tipis 5 poin atau 0,04% ke level Rp13.511.
Rupiah/Reuters
Rupiah/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar ASditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (10/11/2017), sejalan dengan penguatan dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,20% atau 27 poin ke level Rp13.543 per dolar AS setelah dibuka menguat tipis 5 poin atau 0,04% ke level Rp13.511. Sepanjang pekan ini, rupiah telah melemah hingga 0,32%.

Adapun pada perdagangan Kamis (9/11), rupiah ditutup dengan pelemahan 2 poin atau 0,01% ke level Rp13.516 per dolar AS.

Rupiah terus sempat bertahan di zona hijau pada perdagangan, namun akhirnya tertekan dan berbalik melemah. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.508 – Rp13.579 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang Asia terpantau mayoritas melemah terhadap dolar AS, dengan pelemahan tertajam dialami rupee India yang turun 0,23%, disusul rupiah, kemudian won Korea Selatan yang melemah 0,13%.

Pelemahan rupiah terjadi di saat indeks dolar AS bergerak menguat. Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,11% atau 0,106 poin ke level 94,550 pada pukul 15.53 WIB.

Meski menguat, greenback tetap mengarah menuju pelemahan mingguannya akibat kekecewaan seputar langkah kubu Republik Senat AS yang akan menunda rencana pemangkasan pajak korporasi.

Anggota Senat AS dari Partai Republik mengumumkan proposal pajak yang berbeda dengan RUU yang diajukan mitra mereka di parlemen dalam beberapa aspek.

Perbedaan tersebut termasuk pada bagaimana perlakuan tarif pajak perusahaan, pemotongan pajak untuk pajak negara bagian dan regional, serta pajak pertanahan.

Seperti halnya pihak parlemen, Senat AS mengajukan proposal pemangkasan tarif pajak perusahaan menjadi 20% dari 35%. Akan tetapi, mereka menginginkan realisasi rencana tersebut dimulai tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper