Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar Terkoreksi Tipis, Rupiah Ditutup Melemah

Rupiah ditutup melemah 26 poin atau 0,19% ke level rp13.524 per dolar AS setelah dibuka juga dengan pelemahan 0,39% atau 47 poin ke level Rp13.5645 per dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Senin (6/11/2017) di saat indeks dolar melemah tipis.

Rupiah ditutup melemah 26 poin atau 0,19% ke level Rp13.524 per dolar AS setelah dibuka juga dengan pelemahan 0,39% atau 47 poin ke level Rp13.5645 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Jumat (3/11), rupiah ditutup dengan penguatan 54 poin atau 0,4% ke level Rp13.498 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.517 – Rp13.546 per dolar AS.

Di sisi lain, mata uang Asia terpantau bergerak bervariasi terhadap dolar AS, dengan penguatan tertajam dialami renminbi China yang terapresiasi 0,08%, sedangkan pelemahan terdalam dialami rupee India yang melemah 0,21%.

Pelemahan rupiah terjadi di saat indeks dolar AS terkoreksi, m masih diperdagangkan di kisaran level tertingginya dalam tiga bulan menyusul rilis data ekonomi terbaru Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,1% atau 0,009 poin ke level 94,932 pada pukul 4.55 WIB.

Dilansir Reuters, data pekerjaan AS yang dirilis pada Jumat (3/11) waktu setempat menunjukkan perlambatan dalam pertumbuhan upah serta peningkatan angka nonfarm payroll yang lebih kecil dari perkiraan pada bulan Oktober.

Namun demikian, sebuah survei yang menunjukkan kuatnya aktivitas sektor jasa AS membantu membalik penurunan dolar yang disebabkan data pekerjaan.

Meskipun pertumbuhan upah terkesan mengecewakan, para analis tetap optimistis bahwa tingkat upah akan meningkat. Ekspektasi pasar terhadap langkah Fed menaikkan suku bunga (Fed rate) pada bulan Desember untuk ketiga kalinya tahun ini pun tidak banyak berubah.

Menurut Shinichiro Kadota, pakar strategi FX senior untuk Barclays di Tokyo, data pekerjaan, termasuk angka pertumbuhan upah, dipandang secara luas sesuai dengan tren akhir-akhir ini.

“Akan menjadi suatu kekhawatiran jika pelemahan (pada pertumbuhan upah) berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, namun angka terakhir tampaknya merupakan hasil dari penurunan setelah terdampak badai pada bulan sebelumnya,” kata Kadota, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper