Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Politik Arab Saudi Tekan Harga Emas

Harga emas mengalami penurunan dengan meninggalkan level US$1.300 sejak pertengahan Oktober lalu kendati terjadi peningkatan risiko politik di Timur Tengah.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas mengalami penurunan dengan meninggalkan level US$1.300 sejak pertengahan Oktober lalu kendati terjadi peningkatan risiko politik di Timur Tengah.

Pada perdagangan Senin (6/11) pukul 10.49 WIB harga emas Spot melemah 0,19 poin atau 0,01% menuju US$1.269,72 per troy ounce.

Adapun harga emas Comex menguat 0,70 poin atau 0,06% menjadi US$1.269,90 per troy ounce. Emas telah meninggalkan level US$1.300 per troy ounce sejak pertengahan Oktober lalu.

Pelemahan harga emas telah terjadi di tengah meningkatnya risiko politik di Timur Tengah. Tim Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya mengatakan harga emas jatuh meski terjadi goncangan mengejutkan dalam kepemimpinan Arab Saudi.

Dalam berita selama akhir pekan, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz mengumumkan pembentukan komite tertinggi yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, ketua komisi pemantauan dan investigasi, ketua otoritas anti korupsi nasional, dan jaksa agung, serta kepala keamanaan negara.

Dilansir Bloomberg, pasukan keamanan telah menangkap 11 pangeran, 4 menteri dan puluhan mantan menteri dan pengusaha terkemuka. Menurut media Saudi dan seorang pejabat senior yang tidak ingin disebut namanya, penangkapan tersebut termasuk miliader Pangeran Alwaleed bin Talal dilakukan setelah pembentukan komite anti korupsi.

Kondisi risiko geopolitik semestinya membuat pelaku pasar beralih ke aset haven seperti emas sehingga harga emas bisa menguat.

Dalam publikasi riset lainnya, tim analis Asia Trade Point Futures (ATPF) memandang sentimen tergerusnya harga emas akibat positifnya data ekonomi AS yang dirilis pada Jumat pekan lalu.

Tercatat data pertumbuhan tenaga kerja AS NFP periode Oktober tumbuh menjadi 261.000 jiwa. Sementara itu, data tingkat pengangguran AS turun menjadi 4.1%.

Adapun sentimen lain yang melemahkan emas datang dari tumbuhnya data ISM Non Manufacturing AS yang tercatat tumbuh menjadi 60,1%, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 58,5%. Angka di atas 50% menandakan ekonomi sektor non manufaktur mengalami ekspansi.

“Solidnya data ekonomi AS menjadi petunjuk bagi The Fed yang rencananya pada Desember mendatang akan menaikkan suku bunganya sehingga emas tertekan,” kata tim ATPF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper