Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tetap Perkasa Saat Mayoritas Kurs Asia Terbebani Greenback

Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu berlanjut hingga akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (3/11/2017), saat mayoritas mata uang Asia justru terbebani penguatan greenback.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu berlanjut hingga akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (3/11/2017), saat mayoritas mata uang Asia justru terbebani penguatan greenback.

Rupiah ditutup menguat 0,40% atau 54 poin di Rp13.498 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 0,30% atau 41 poin di Rp13.511.

Adapun pada perdagangan Kamis (2/11), rupiah ditutup dengan rebound 0,21% atau 28 poin di posisi 13.552.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.471 – Rp13.515 per dolar AS.

Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar AS di antaranya renminbi China yang terdepresiasi 0,29%, dolar Singapura dengan 0,18%, dan ringgit Malaysia yang melemah 0,13%.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,10% atau 0,091 poin ke 94,776 pada pukul 16.51 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan rebound 0,02% atau 0,023 poin di level 94,708, setelah pada Kamis (2/11) ditutup melemah 0,14% di posisi 94,685.

Greenback bergerak stabil pada perdagangan hari ini saat fokus investor beralih pada data tenaga kerja AS, sedangkan kabar penunjukan Jerome Powell untuk menjadi Gubernur The Federal Reserve periode berikutnya dianggap tidak terlalu mengejutkan.

Pada Kamis (2/11) waktu setempat, Presiden Trump mengumumkan penunjukan Powell untuk memimpin bank sentral AS tersebut menggantikan Janet Yellen yang masa jabatannya akan berakhir awal tahun depan. Hal ini menandakan kelanjutan dari kebijakan moneternya yang bersifat hati-hati.

Dilansir Reuters, keputusan Trump ini sejalan dengan perkiraan pelaku pasar, dan dolar menunjukkan reaksi terbatas terhadap kabar tersebut.

Sebelumnya, dolar AS melemah pada hari Kamis setelah Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS mengeluarkan proposal untuk merombak undang-undang pajak.

Partai Republik mengajukan pemangkasan tarif pajak perusahaan menjadi 20% dari 35%, memotong tarif pajak untuk laba perusahaan dari luar negeri, serta pada individu dan keluarga.

"Walaupun isi dari usulan reformasi pajak tersebut tampak positif terhadap dolar, masih ada ketidakpastian mengenai seberapa cepat usulan tersebut dapat diimplementasikan," kata Stephen Innes, kepala perdagangan Asia-Pacific di Oanda.

“Ini bisa jadi proses yang sulit,” lanjut Innes kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat akan menjadi fokus jangka pendek untuk dolar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper