Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Output AS Melonjak, WTI Melemah 0,6%

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup melemah 0,6% atau 0,29 poin ke posisi US$52,18 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 9% di bawah rata-rata perdagangan 100 hari terakhir.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Rabu, (25/10/2017) karena lonjakan output minyak AS dalam lima tahun terakhir membayangi permintaan ekspor untuk minyak mentah dan bahan bakar.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup melemah 0,6% atau 0,29 poin ke posisi US$52,18 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 9% di bawah rata-rata perdagangan 100 hari terakhir.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Desember naik 0,11 poin ke level US$58,44 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan US$6,26 lebih mahal dibanding WTI, jarak terlebar dalam lebih dari empat pekan terakhir.

Dilansir Bloomberg, data pemerintah AS yang bullish menunjukkan fluktuasi harga bensin dan solar tertekan oleh kenaikan produksi minyak dan kenaikan dalam persediaan minyak mentah.

Energy Information Administration (EIA) melaporkan, ekspor harian minyak mentah, solar dan produk minyak lainnya naik ke rekor 7,66 juta barel pekan lalu, menandakan permintaan yang lebih kuat.

Sementara itu, pasokan minyak di pusat jaringan Cushing, Oklahoma, turun untuk pertama kalinya sejak Agustus, sementara pasokan bensin turun 5,47 juta barel dan pasokan minyak dislitasi turun sebesar 5,25 juta barel.

Di sisi lain, produksi minyak dari ladang minyak di AS melonjak 13% pekan lalu menjadi 9,51 juta barel per hari, lompatan terbesar sejak September 2012. Total stok minyak mentah AS meningkat 856.000 barel, menghentikan penurunan empat minggu pekan terakhir, menurut data EIA.

"Ini mungkin yang terus membebani pasar minyak mentah saat ini," kata Michael Loewen, analis komoditas di Scotiabank, seperti dikutip Bloomberg.

Minyak telah bertahan di atas US$50 per barel selama dua minggu terakhir di New York di tengah meningkatnya kepercayaan bahwa pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan rekannya termasuk Rusia akan diperpanjang hingga setelah Maret 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper