Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunggu Data FDI, Rupiah Mendekati Rp13.600/US$

Mata uang rupiah terdepresiasi akibat sentimen positif yang membalut dolar Amerika Serikat (AS). Di samping itu, pelaku pasar tengah menunggu data Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia pada kuartal III/2017 yang akan dirilis pada Kamis (26/10/2017).
Karyawan menghitung lembaran uang rupiah dan dolar./JIBI-Endang Muchtar
Karyawan menghitung lembaran uang rupiah dan dolar./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah terdepresiasi akibat sentimen positif yang membalut dolar Amerika Serikat (AS). Di samping itu, pelaku pasar tengah menunggu data Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia pada kuartal III/2017 yang akan dirilis pada Kamis (26/10/2017).

Pada penutupan perdagangan Rabu (25/10) mata uang rupiah (IDR) melemah 45 poin atau 0,33% menjadi Rp13.578 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.563 –Rp13.585 per dolar AS. Sepanjang 2017 berjalan, IDR turun 0,77%.

Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures mengatakan, mata uang emerging market termasuk rupiah cenderung dirugikan oleh prospek menguatnya dolar AS.

Sentimen ini ditopang oleh spekulasi pelaku pasar terhadap sikap hawkish The Federal Reserve dimana anggota senat Partai Republik terlihat condong pada sosok John Taylor, seorang ekonom Stanford.

Di samping itu, kebijakan reformasi pajak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang Senin lalu disetujui senat AS juga menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Saat ini pelaku pasar wait and see terhadap perkembangan reformasi pajak di AS, sehingga dolar AS menguat.  

“Sentimen lain datang dari melemahnya harga minyak,” tutur Andri ketika dihubungi Bisnis, Rabu (25/10).

Saat ini harga minyak mentah tercatat menguat dengan level mencapai di atas US$52,00 per barel untuk West Texas Intermediate (WTI) dan di atas US$58,00 per barel untuk minyak Brent. Seperti diketahui, jika harga minyak naik, maka transaksi jual beli minyak yang menggunakan dolar AS juga meningkat sehingga dolar AS akan menguat disebabkan permintaan dolar AS yang semakin tinggi.

Sementara itu, dari faktor internal, rupiah melemah menjelang rilis data FDI. Pasar tengah memantau data ini untuk melihat apakah peningkatan peringkat Indonesia menjadi layak investasi oleh S&P memberi pengaruh positif pada investasi asing. Jika data FDI naik atau positif, maka angka investasi langsung dari luar negeri mengalami kenaikan karena kepercayaan investor terhadap Indonesia masih tinggi.

“Jika data FDI yang dirilis Kamis (26/10/2017) terbukti positif, maka rupiah bisa naik,” katanya.  

Sampai akhir tahun, Andri memproyeksikan rupiah bergerak pada area Rp13.440 –Rp13.540 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper