Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ruang Penurunan Terbatas, Harga SUN Berpotensi Meningkat

JAKARTA--Harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan hari ini, Selasa (24/10/2017) diperkirakan akan mengalami penurunan, berbalik dari kecenderungan menurun kemarin.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA--Harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan hari ini, Selasa (24/10/2017) diperkirakan akan mengalami penurunan, berbalik dari kecenderungan menurun kemarin.

I Made Adi Saputra, fixed income analyst MNC Sekuritas, mengatakan bahwa pada perdagangan kemarin, imbal hasil SUN ditutup mengalami kenaikan. Harga seri-seri acuan kompak melemah kemarin.

Hal ini didorong oleh kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung.

Kemarin, rupiah kembali melemah sebesar 24 pts atau 0,17% ke level Rp13.543 per dollar Amerika Serikat setelah bergerak di kisaran Rp13.523 hingga Rp13.543 per dollar AS.

Penguatan dollar Amerika terhadap mata uang dunia didorong oleh meningkatnya ekspektasi kebijakan pemangkasan pajak di Amerika. Adapun pada akhir pekan lalu senat Amerika Serikat menyetujui anggaran untuk tahun 2018.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 11 bps. Imbal hasil SUN tenor pendek (1-4 tahun) naik berkisar antara 4 - 10 bps dengan harga turun hingga sebesar 35 bps.

Adapun secara teknikal, harga SUN dengan tenor panjang terlihat bergerak pada tren sideways.

"Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga SUN masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah dan dibatasi oleh volume perdagangan yang kecil jelang lelang," ungkapnya dalam riset harian, Selasa (24/10/2017).

Hari ini, pemerintah memang akan menggelar lelang rutin sukuk negara dengan target penerbitan Rp5 triliun.

Sejumlah seri yang direkomendasikan hari ini yakni seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0073, FR0065, FR0068, dan FR0072.

Kemarin, SUN diperdagangkan dengan volume senilai Rp7,93 triliun dari 38 seri, nilai seri acuan sebesar Rp2,17 triliun. Sementara itu, obligasi korporasi diperdagangkan dengan volume senilai Rp2,19 triliun dari 61 seri.

Maximilianus Nico Demus, kepala divisi riset Indomitra Sekuritas, mengatakan bahwa total transaksi dan frekuensi perdagangan obligasi kemarin meningkat dibandingkan hari sebelumnya ditengah penurunan harga yang terjadi kemarin.

Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi kurang dari 1 tahun (1y), diikuti dengan 7y – 10y dan 1y – 3y. Sisanya merata disemua tenor hingga lebih dari 25y.

"Pasar obligasi masih terlihat kurang aktif kemarin, terutama ditengah penurunan harga obligasi yang cukup signifikan. Namun demikian para pelaku pasar dan investor telah berantisipasi dengan mengumpulkan obligasi bertenor pendek, sehingga mengurangi tingkat volatilitas yang terjadi," katanya dalam riset harian, Selasa (24/10/2017).

Menurutnya, pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Keterbatasan ini datang dari ruang pelemahan yang mulai habis, sehingga sewaktu waktu harga obligasi berpotensi rebound.

"Permasalahan yang muncul adalah, apakah sentiment negatifnya lebih kuat dibandingkan potensi reboundnya?", ungkapnya.

"Kami merekomendasikan hold hari ini, karena ruang pelemahan mulai terbatas, dan bersiap membeli ketika harga rebound lebih dari 55 bps," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper