Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Properti Merosot, Indeks Hang Seng Turun Hampir 2 Persen

Reli indeks saham acuan Hong Kong berakhir dengan penurunan hampir dua persen pada perdagangan hari ini, Kamis (19/10/2017), sejalan dengan merosotnya saham properti.
Indeks Hang Seng/Istimewa
Indeks Hang Seng/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Reli indeks saham acuan Hong Kong berakhir dengan penurunan hampir dua persen pada perdagangan hari ini, Kamis (19/10/2017), sejalan dengan merosotnya saham properti.

Indeks Hang Seng ditutup merosot 1,92% atau 552,67 poin di 28.159,09, setelah dibuka dengan kenaikan 0,25% atau 72,09 poin di posisi 28.783,85.

Pelemahan hari ini sekaligus mengakhiri reli lima hari berturut-turut sebelumnya. Sebanyak 3 saham menguat dan 47 saham melemah dari 50 saham yang diperdagangkan di Hang Seng hari ini.

Saham Geely Automobile Holdings Ltd. yang anjlok 7,45% memimpin pelemahan saham pada indeks Hang Seng di akhir perdagangan, diikuti New World Development Co. Ltd. (-4,05%) dan Henderson Land Development Co. Ltd. (-3,61%).

Dilansir Reuters, bursa saham Hong Kong mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari dua bulan saat investor melepas saham-saham properti di tengah tanda-tanda likuiditas yang lebih ketat di kota tersebut.

Pada saat yang sama, data menunjukkan penjualan properti di China turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua setengah tahun.

Sentimen negatif juga datang dari laporan bahwa pertumbuhan ekonomi China melambat pada kuartal ketiga. Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2017 tumbuh 6,8% atau melambat dari dua kuartal sebelumnya yang statis pada posisi 6,9%.

Para investor pun memburu keuntungan dari sektor yang baru-baru ini terlihat unggul, seperti otomotif dan telekomunikasi di tengah kekhawatiran atas perlambatan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Hampir semua sektor turun, dengan indeks yang mengukur kinerja saham properti Hong Kong turun 1,9% dan sektor finansial meluncur 2%.

“Merosotnya saham properti memicu sentimen pasar yang lebih luas,” ujar Linus Yip, kepala pakar strategi di First Shanghai Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper