Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Revolusi Mobil Listrik Bisa Seret Harga Minyak Hingga US$10 per Barel

Harga minyak diperkirakan akan turun hingga US$10 per barel selama enam hingga delapan tahun mendatang
CEO BMW Krueger dan anggota direksi Robertson dan Schwarzenbauer berpose di samping BMW i Vision Dynamics di ajang Frankfurt Motor Show (IAA) 2017, Senin (12/9). /REUTERS
CEO BMW Krueger dan anggota direksi Robertson dan Schwarzenbauer berpose di samping BMW i Vision Dynamics di ajang Frankfurt Motor Show (IAA) 2017, Senin (12/9). /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak diperkirakan akan turun hingga US$10 per barel selama enam hingga delapan tahun mendatang

Hal ini diugkapkan oleh Chris Watling, Chief Eexecutive Officer Longview Economics, karena bahan bakar energi alternatif terus menarik lebih banyak investor.

Dilansir CNBC, Watling mengakui bahwa katalis kunci untuk pasar minyak kemungkinan besar adalah penawaran umum perdana (initial public offering / IPO) Saudi Aramco di paruh kedua tahun depan.

Ketika ditanya tentang perusahaan minyak milik Arab Saudi tersebut, dia menjawab, "Saya rasa mereka perlu melakukannya (IPO) cepat sebelum minyak mencapai US$10 (per barel)."

Walaupun Watling menjelaskan bahwa dia tidak mengharapkan penurunan harga minyak secara signigikan dalam beberapa minggu atau bulan yang akan datang, dia berpendapat bahwa dalam jangka panjang perkembangan kendaraan listrik benar-benar sangat penting, mengingat sekitar 70% minyak digunakan untuk transportasi.

"Kita lupa bukan? Maksud saya 120 tahun yang lalu dunia tidak hidup dengan minyak. Minyak tidak selalu mendorong ekonomi global. Intinya adalah energi alternatif dalam beberapa bentuk mulai berkembang dan segala sesuatunya berubah," ungkapnya, seperti dikutip CNBC.

Sementara itu, pada hari Kamis, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa prospek global untuk pasar minyak pada tahun 2018 dapat meredam harapan akan penguatan harga.

Dalam laporannya, IEA mengatakan bahwa meningkatnya cadangan minyak global, naiknya produksi dari negara non-OPEC, dan stagnasi permintaan minyak dapat membebani harga minyak.

Laporan bulanan terbaru IEA dipublikasikan di tengah ramalan optimis dari kelompok produsen minyak utama, OPEC, yang mengungkapkan bukti adanya penyeimbangan pasar minyak global setellah pelemahan selama beberapa tahun terakhir.

Harga minyak turun dari sekitar US$120 per barel pada bulan Juni 2014 karena melemahnya permintaan, penguatan dolar AS, serta produksi minyak shale AS yang melonjak.

Keengganan OPEC untuk memangkas output juga dipandang sebagai alasan utama di balik jatuhnya harga. Namun, organisasi tersebut segera bergerak untuk membatasi bersama dengan negara penghasil minyak lainnya pada akhir 2016 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper