Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah setelah International Energy Agency meragukan prospek dari kesepakatan pengurangan produksi global, bahkan saat adanya laporan yang menunjukkan penurunan persediaan minyak AS yang lebih besar dari perkiraan.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun 1,4% atau 0,70 poin ke level US$50,60 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak pengiriman Desember turun 0,69 poin ke level US$56,25 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.
International Energy Agency (IEA) mengatakan persediaan minyak mentah mungkin akan membengkak tahun depan dan membatasi kenaikan harga. Bahkan jika OPEC dan pemasok minyak utama lainnya memperpanjang pengurangan produksi, lonjakan output minyak shale di AS dan di tempat lain akan menggagalkan usaha tersebut.
“Pernyataan IEA sangat mengkhawatirkan di pasar," Joseph Bozoyan, manajer portofolio Manulife Asset Management LLC, seperti dikutip Bloomberg.
"Investor akan terlihat menunggu bukti penurunan pasokan sebelum mereka benar-benar bersikap bullish," lanjutnya.
Minyak menguat di tiga hari pertama pekan ini karena spekulasi bahwa perpanjangan kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC, Rusia dan pemasok lainnya. PEC mengharapkan upaya untuk mengurangi pasokan global akan berhasil pada kuartal ketiga tahun depan.
Namun, perkiraan IEA menunjukkan bahwa jika produsen memperpanjang tingkat pemangkasan pasokan, upaya tersebut tidak akan menghabiskan persediaan. Permintaan minyak global akan meningkat tahun depan, namun sebagian besar pertumbuhan ini dapat dipenuhi oleh kenaikan produksi dari AS yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,1 juta barel per hari.
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) mengatakan stok minyak mentah AS turun sebesar 2,75 juta barel pekan lalu, melebihi estimasi median dari 10 analis dalam perkiraan survei Bloomberg yang memperkirakan penurunan sebesar 2,4 juta barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel