Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa AS Tergelincir, Pasar Asia Tunggu Data Ekonomi Ini

Sejumlah indeks saham di Asia bergerak cenderung flat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (13/10/2017), setelah indeks S&P 500 berakhir di posisi lebih rendah pasca mencetak rekor terbarunya yang turut mendorong reli saham global.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah indeks saham di Asia bergerak cenderung flat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (13/10/2017), setelah indeks S&P 500 berakhir di posisi lebih rendah pasca mencetak rekor terbarunya yang turut mendorong reli saham global.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,1% pada pukul 9.06 pagi waktu Tokyo (pukul 7.06 WIB), setelah mencatatkan level tertingginya sejak 1996 pada akhir perdagangan Kamis (12/10).

Adapun indeks Topix Jepang juga naik 0,1%, indeks S&P/ASX 200 Australia menguat 0,2%, dan indeks berjangka Hang Seng di Hong Kong berbalik arah.

Pada akhir perdagangan Kamis, indeks Standard & Poor’s 500 ditutup melemah 4,31 poin atau 0,17% menjadi 2.550,93, indeks Dow Jones Industrial Average turun 31,88 poin atau 0,14% di level 22.841,01, sedangkan indeks Nasdaq Composite berakhir turun 12,04 poin atau 0,18% di 6.591,51.

Dilansir Bloomberg, bursa saham AS terbebani penurunan kinerja JPMorgan Chase & Co dan Citigroup Inc. akibat kekhawatiran tentang kredit konsumen dan penurunan pendapatan dari perdagangan.

Di sisi lain, harga bitcoin menyentuh rekor barunya dengan melonjak melampaui US$5.300, sementara harga minyak diperdagangkan di kisaran US$51 per barel dan harga emas cenderung bergerak datar.

Sementara itu, dolar dan imbal hasil obligasi AS siap mengakhiri reli empat pekannya seiring dengan berkurangnya optimisme pada rencana reformasi pajak Amerika serta isyarat bank sentral AS The Federal Reserve atas kehati-hatian sejumlah pembuat kebijakan terhadap penaikan suku bunga lanjutan tahun ini.

Prospek rencana pajak pemerintahan Trump mengecil saat Trump dikabarkan menyuarakan kekecewaan dengan aspek-aspek tertentu dari kerangka kerja yang ada.

Sejumlah anggota Partai Republik dalam Kongres terkesan menyiratkan kekhawatiran, meskipun Menteri Keuangan Steven Mnuchin menegaskan keyakinannya bahwa akan ada rencana kebijakan yang diloloskan tahun ini.

Fokus pasar kemudian akan beralih pada laporan data perdagangan China serta data penjualan ritel dan harga konsumen AS. Pertumbuhan ekspor China diperkirakan akan meningkat hingga 10% didorong kuatnya permintaan dari AS dan UE. Pertumbuhan impor juga diperkirakan akan meningkat, dengan surplus perdagangan menyempit menjadi US$38 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper