Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR SUN : Jelang FOMC Minutes, Investor Tahan Diri

Investor Surat Utang Negara atau SUN kemungkinan masih akan menahan diri untuk bertransaksi di pasar hari ini, Kamis (12/10/2017) jelang FOMC Minutes. Harga diperkirakan akan cenderung turun lagi.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com
 
Bisnis.com, JAKARTA- Investor Surat Utang Negara atau SUN kemungkinan masih akan menahan diri untuk bertransaksi di pasar hari ini, Kamis (12/10/2017) jelang FOMC Minutes. Harga diperkirakan akan cenderung turun lagi.
 
I Made Adi Saputra, analis obligasi MNC Sekuritas, mengatakan bahwa kecenderungan hari ini akan melanjutkan kondisi pasar kemarin. Berlanjutnya aksi ambil untung SUN di tengah meningkatnya angka persepsi resiko menjadi katalis negatif bagi perdagangan SUN kemarin.
 
Investor tampaknya menahan diri dalam melakukan transaksi jelang FOMC minutes, terlihat dari pergerakan imbal hasil yang terbatas serta volume perdagangan yang mengalami penurunan dibanding perdagangan di hari Selasa.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 3 bps. Imbal hasil SUN tenor pendek (1-4 tahun) naik berkisar antara 1 - 2 bps dengan harga turun hingga sebesar 6 bps.

Adapun secara teknikal, dalam jangka pendek harga SUN masih terlihat mengalami tren penurunan.

"Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga SUN masih akan bergerak terbatas jelang FOMC Minutes dengan kecenderungan mengalami penurunan harga didorong surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan serta nilai tukar rupiah yang belum menunjukkan perubahan tren," tulisnya dalam riset harian, Kamis (12/10/2017).
 
Sejumlah seri yang direkomendasikan Made hari ini yakni FR0069, FR0053, FR0070, FR0071, FR0073, FR0065, FR0068, dan FR0072.
 
Kemarin, harga seri-seri acuan secara umum melemah. FR0061 turun 1,6 bps, FR0059 turun 9,9 bps, FR0074 turun 7,7 bps, sementara FR0072 menguat 4,4 bps.
 
Kemarin, SUN diperdagangkan dengan volume Rp5,83 triliun dari 38 seri, nilai seri acuan sebesar Rp1,69 triliun. Ini turun jauh dibandingkan hari sebelumnya senilai Rp12,48 triliun dari 41 seri, dengan nilai seri aacuan Rp4,31 triliun.
 
Sementara itu, volume perdagangan corporate bond sedikit meningkat. Kemarin volumenya senilai Rp1,43 triliun dari 37 seri, sementara hari sebelumnya senilai Rp1,02 triliun dari 35 seri.
 
Rupiah masih melanjutkan pelemahan kemarin. Rupiah ditutup turun 18 pts atau 0,13% ke level IDR13530 per dollar Amerika Serikat setelah bergerak di kisaran
13494 - 13543.
 
Maximilianus Nico Demus, kepala divisi riset Indomitra Sekuritas, mengatakan bahwa total transaksi kemarin didominasi oleh obligasi berdurasi 1 tahun (1y) hingga 3y, diikuti 
dengan 15y – 20y dan 10y – 15y. Sisanya merata disemua tenor hingga > 25y. 
 
Menurutnya, pasar obligasi kemarin terlihat kurang aktif, sementara tekanan penantian akan FOMC Minutes Meeting terus mendesak harga obligasi, meskipun obligasi jangka panjang bisa survive dari pelemahan kemarin. 
 
"Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas untuk obligasi 5y – 15y, namun untuk obligasi 20y diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas. Obligasi 20y mulai menunjukkan tanda tanda penguatan, yang mungkin apabila penguatannya terjadi secara konsisten, penguatan ini akan mendorong obligasi 5y – 15y untuk ikut menguat," ungkapnya dalam riset, Kamis (12/10/2017).
 
Menurutnya, proyeksi tersebut bisa terjadi di pasar meskipun FOMC minutes meeting yang keluar menyatakan bahwa kenaikan Fed Rate pada bulan Desember nanti dapat dipastikan. 
 
Selain itu, kenyataan bahwa ekonomi Amerika tumbuh stabil dan optimis bahwa inflasi akan sesuai target, tentu akan membuat keyakinan bahwa The Fed tetap akan menjalankan semuanya termasuk kenaikkan FFR 3x pada tahun depan dan pengurangan Balance Sheet tetap dapat dilakukan. 
 
"Hal ini menarik mengingat bahwa, BI RR kita diposisi 4.25% apakah mampu menahan capital outflow? Sementara saat ini saja capital outflow terus terjadi, yang mendorong Rupiah untuk melemah. Jarak spread Fed Rate dengan BI RR ini yang menjadikan perekonomian Indonesia menarik, semakin kecil jarak spread Fed Ratenya, apabila kita bisa bertahan di 4.25%, hal ini akan menjadi tolak ukur perekonomian kita kedepannya," tulisnya.
 
"Kami merekomendasikan hold hari ini, sembari mencermati arah obligasi selanjutnya yang berpotensi mengalami kenaikkan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper