Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengekor Wall Street, Pasar Asia Menguat Pagi Ini

Sejumlah indeks saham di Asia bergerak lebih kuat pada awal perdagangan hari ini, Kamis (12/10/2017), setelah bursa saham di Amerika Serikat (AS) kembali membukukan rekor baru.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah indeks saham di Asia bergerak lebih kuat pada awal perdagangan hari ini, Kamis (12/10/2017), setelah bursa saham di Amerika Serikat (AS) kembali membukukan rekor baru.

Indeks Topix Jepang naik 0,3% pada pukul 9.20 pagi waktu Tokyo (pukul 7.20 WIB), ke level tertingginya sejak Juli 2007, dan indeks Nikkei 225 menguat 0,4%.

Adapun indeks Kospi Korea Selatan naik 0,1%, indeks S&P/ASX 200 Australia berbalik arah dan indeks berjangka Hang Seng naik 0,2%.

Dilansir Bloomberg, bursa saham Jepang memperpanjang penguatannya, dengan indeks Nikkei 225 Stock Average diperdagangkan di level tertingginya sejak 1996, mengekor rekor baru yang dibukukan indeks S&P 500.

Pada perdagangan Rabu (11/10), indeks S&P 500 ditutup menguat 4,6 poin atau 0,18% di level 2.555,24, indeks Dow Jones Industrial Average naik 42,21 poin atau 0,18% di 22.872,89, sedangkan indeks Nasdaq Composite berakhir naik 16,30 poin atau 0,25% di 6.603,55.

Walaupun reaksi bursa Wall Street cenderung minim pada risalah rapat kebijakan Federal Reserve yang terbaru, laporan bahwa kandidat pemimpin baru bank sentral AS yang ramah terhadap pasar membantu mendorong indeks.

Sektor real estat, utilitas, dan konsumen ada di antara pendorong utama pada indeks S&P 500.

Di sisi lain, Bloomberg Dollar Spot Index melemah dan obligasi AS cenderung stabil menyusul rilis risalah rapat dari pertemuan kebijakan tanggal 20 September.

Dalam risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan September lalu, para pejabat the Fed terlihat mengalami perdebatan yang berkepanjangan mengenai prospek kenaikan inflasi. Namun masih banyak di antara mereka yang berpikir bahwa kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini akan tetap terjadi.

Meski pasar tetap condong berspekulasi atas penaikan suku bunga AS lebih lanjut tahun ini, arah kenaikan pada tahun 2018 tetap menjadi bahan perdebatan mengingat langkah pengurangan neraca The Fed dan penurunan pembelian obligasi dari Bank Sentral Eropa mengurangi tingkat baru likuiditas.

Isu seputar calon pengganti Gubernur The Fed Janet Yellen juga kian menjadi fokus pasar. Pekan ini, Presiden Donald Trump dikabarkan akan bertemu dengan Ekonom Stanford University John Taylor, yang juga masuk dalam daftar pendek kandidat pemimpin The Fed berikutnya.

Sementara itu, dalam pidatonya di depan para supir truk di Pennsylvania, Trump melawan kritik terhadap rencana pajaknya dengan mengatakan bahwa rencana itu akan menyederhanakan kode pajak serta menghemat uang jutaan perusahaan dan keluarga di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper