Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PGAS Butuh Sentimen Positif dari Pemerintah

Pemerintah diminta lebih seksama dalam mengeluarkan kebijakan di sektor hilir minyak dan gas bumi (migas). Hal ini dimaksudkan guna menjaga prospek keuntungan saham (spread) yang diperoleh pemerintah, menyusul kian menurunnya harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dalam beberapa waktu terakhir.
Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk memeriksa Regulator System di Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/9)./JIBI-Nurul Hidayat
Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk memeriksa Regulator System di Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/9)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta lebih seksama dalam mengeluarkan kebijakan di sektor hilir minyak dan gas bumi (migas). Hal ini dimaksudkan guna menjaga prospek keuntungan saham (spread) yang diperoleh pemerintah, menyusul kian menurunnya harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dalam beberapa waktu terakhir.

"Sebenarnya kinerja PGAS [kode saham PGN] itu masih baik lantaran perusahaan masih mencatatkan laba dan pendapatan yang positif di tengah menurunnya sektor industri yang menjadi konsumen perseroan. Namun, belakangan harga saham PGAS kian turun karena pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menjadi sentimen negatif," ujar Reza Priyambada, Analis Bina Artha Sekuritas, Rabu (11/10/2017).

Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang sejatinya menekan kinerja PGN. Adapun kebijakan tersebut tercermin dalam aturan pembatasan margin keuntungan niaga gas, penaikan harga jual gas bumi di sisi hulu, hingga realisasi pembentukan induk usaha (holding) perusahaan pelat merah di sektor bisnis migas yang ditargetkan bisa rampung akhir tahun ini.

Reza mengatakan, adanya kebijakan-kebijakan tadi menjadikan banyak investor cenderung melepas saham PGAS sehingga mengakibatkan harga saham perseroan terus turun. Oleh karena itu, katanya, dibutuhkan komitmen pemerintah guna menyelamatkan saham PGAS yang terus memasuki tren penurunan.

Selain menjaga valuasi aset saham yang dimiliki pemerintah, kehati-hatian pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan juga diyakini akan membantu prospek saham perseroan.

"Yang kita tidak inginkan itu adanya pelaku pasar yang dekat dengan kekuasaan hingga dapat mengambil keuntungan dari momentum penurunan harga. Apalagi wacana holding akan terealisasi akhir tahun ini yang kian menekan harga PGAS," imbuh Reza.

Hingga hari ini, saham PGAS diperdagangkan pada level 1.415 atau anjlok 50% dibandingkan posisinya pada awal 2017 di level 2.840. Sementara jika dibandingkan dengan posisinya pada pertengahan 2015 atau ketika wacana holding BUMN Migas mulai digulirkan, penurunan harga saham PGAS sendiri sudah mencapai 2.935 poin lantaran saat itu posisinya berada di level 4.350.

Jika dihitung, pemerintah harus menanggung kehilangan potensi keuntungan berkisar Rp60 triliun sejak pertengahan 2015. Perhitungan itu mengingat saat ini pemerintah mengempit sedikitnya 57% saham PGN, dan 43% sisanya dimiliki oleh investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper