Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Geopolitik Tekan Dolar, Rupiah Menguat Tipis

Rupiah ditutup menguat 0,01% atau 1 poin di Rp13.518 per dolar AS, setelah dibuka dengan kenaikan 0,06% atau 8 poin di Rp13.511 per dolar AS.
Model memegang uang rupiah kertas,/JIBI-Nurul Hidayat
Model memegang uang rupiah kertas,/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berakhir menguat tipis pada perdagangan hari, Senin (9/10/2017), saat indeks dolar AS melemah.

Rupiah ditutup menguat 0,01% atau 1 poin di Rp13.518 per dolar AS, setelah dibuka dengan kenaikan 0,06% atau 8  poin di Rp13.511 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.496 – Rp13.529 per dolar AS. Adapun pada perdagangan akhir pekan lalu, rupiah melemah 55 poin ke level Rp13.519.

Penguatan rupiah berlangsung di saat mayoritas mata uang di Asia juga berada di zona hijau, dipimpin renminbi China yang naik 0,41%, disusul baht Thailand yang naik 0,14%.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,14% atau 0,131 poin ke 93,669 pada pukul 17.02 WIB.

Indeks dolar AS melemah seiring dengan berlanjutnya risiko geopolitik di tengah kekhawatiran yang dipicu kabar bahwa Korea Utara kemungkinan sedang mempersiapkan uji coba rudal terbaru.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,04% atau 0,041 poin di level 93,759, setelah pada perdagangan Jumat (6/10) berakhir melemah 0,17% di posisi 93,800.

Dikutip oleh kantor berita RIA Rusia, seorang anggota parlemen Rusia yang kembali dari kunjungannya ke Pyongyang mengatakan bahwa Korea Utara siap untuk menguji rudal berjangkauan jarak jauh, yang diyakini dapat mencapai pantai barat Amerika Serikat.

Fokus baru terhadap ketegangan geopolitik membantu memberi dukungan pada yen sebagai aset safe haven, sekaligus membantu menarik dolar turun dari level tertingginya pasca rilis data pekerjaan AS.

Sentimen tersebut menambah beban terhadap dolar setelag pada perdagangan Jumat tertekan oleh aksi profit taking.

“Ketika berita terkait Korea Utara sampai ke pasar, ini memperparah penurunan greenback,” kata Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik untuk Oanda, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper