Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar SBN : Benarkah Minat Asing Berkurang?

Sepanjang pekan pertama bulan ini asing telah melakukan jual bersih di Surat Berharga Negara atau SBN senilai Rp11,42 triliun, menandakan pula minimnya keterlibatan investor asing dalam lelang Surat Utang Negara yang digelar pekan lalu.

Bisnis.com, JAKARTA—Sepanjang pekan pertama bulan ini asing telah melakukan jual bersih di Surat Berharga Negara atau SBN senilai Rp11,42 triliun, menandakan pula minimnya keterlibatan investor asing dalam lelang Surat Utang Negara yang digelar pekan lalu.

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, posisi kepemilikan asing pada SBN yang dapat diperdagangkan per Jumat (29/9) adalah senilai Rp819,37 triliun atau setara 40,03% dari total penerbitan Rp2.046,93 triliun.

Sementara itu, data terakhir DJPPR per Kamis (5/10) menunjukkan posisi kepemilikan asing menjadi Rp807,95 triliun atau setara 39,21% dari total penerbitan Rp2.060,78 triliun.

Kepemilikan asing pada SUN berkurang sebesar Rp8,4 triliun pada sepekan terakhir. Keterlibatan asing dalam lelang SUN yang digelar pada Selasa (3/10) juga ternyata sangat minim.

Hal tersebut terlihat dari posisi asing pada tanggal settlement hasil lelang pada Kamis (5/10) yang justru berkurang Rp1,16 triliun, padahal hasil lelang tersebut mencapai Rp17,85 triliun.

Artinya, asing bukan saja sangat minim melakukan penawaran dalam lelang pekan lalu, tetapi juga terus melepas kepemilikannya dalam SBN Indonesia.

Selain pada SUN, kepemilikan asing pada Surat Utang Syariah Negara (SBSN) atau sukuk selama sepekan ini juga berkurang signifikan, yakni senilai Rp3,02 triliun

Keluarnya asing jelas berimbas pada turunnya harga obligasi dalam negeri dan diikuti oleh peningkatan yield. Pada periode sepekan tersebut, indeks obligasi komposit Indonesia atau ICBI sudah turun 0,145 poin atau 0,06%.

Penurunan ICBI yang lebih tajam sejatinya terjadi pada Jumat (6/10), yakni sebesar 0,371 poin hanya dalam satu hari atau turun 0,16% dibandingkan hari sebelumnya.

Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, data DJPPR belum tersedia untuk posisi kepemilikan SBN Jumat (6/10) sehingga belum diketahui pasti outflow asing pada hari terakhir perdagangan pekan lalu tersebut.

Indeks memang cenderung bergerak sangat bervariasi selama sebulan terakhir, tidak lagi seperti tren bullish sebelumnya yang terus meningkat dari hari ke hari dan terus mencetak rekor baru.

Kini, penguatan dan pelemahan indeks terjadi silih berganti, sementara pasar menunjukkan sikap yang cenderung wait and see.

Sejumlah analis obligasi masih optimistis kondisi seperti ini hanya gejala sesaat dan pasar obligasi Indonesia akan kembali stabil.

Optimisme tersebut muncul terutama karena secara umum kondisi makro ekonomi Indonesia sedang bagus-bagusnya, sementara tekanan yang terjadi di pasar obligasi Indonesia lebih banyak disebabkan oleh sentimen eksternal global.

Minimnya keterlibatan asing dalam lelang pekan lalu di satu sisi menunjukkan sikap awas dari investor asing terhadap pergerakan pasar surat utang global, tetapi di sisi lain menunjukkan tingginya minat serta likuiditas investor domestik untuk menyerap surat utang pemerintah.

Lelang pekan lalu memang memunculkan penawaran yang sedikit lebih rendah dibandingkan lelang-lelang SUN dalam dua bulan sebelumnya.

Lelang SUN pekan lalu hanya mendulang penawaran Rp34,14 triliun, padahal selama Agustus-September penawaran lelang rata-rata mencapai Rp53,47 triliun.

Namun, menariknya penyerapan oleh pemerintah dalam lelang kali ini relatif tinggi, yakni Rp17,85 triliun, lebih tinggi dibandingkan tiga lelang SUN sebelumnya. Pemerintah seperti ingin memanfaatkan momentum turunnya penawaran asing untuk menyerap lebih tinggi penawaran dari investor domestik.

Wahyu Trenggono, Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), mengatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang sagat baik. Namun, gangguan terhadap pasar yang sifatnya jangka pendek masih akan tetap ada, terutama karena sentimen global yang sulit diprediksi dan di luar kendali pemerintah Indonesia.

“Nilai tukar rupiah yang tertekan masih tetap ada, yield yang terkoreksi juga masih bisa terjadi, tetapi itu sangat-sangat short term dan mungkin ada pengaruh dari aktivitas trading. Situasi itu bukan mewakili sisi keyakinan mereka [investor] yang jangka panjang untuk investasi di Indonesia,” katanya pada Bisnis belum lama ini.

Sepanjang tahun ini, asing masih tercatat net buy di pasar surat utang pemerintah senilai Rp142,14 trilun. Wahyu bahkan mencatat, peningkatan kepemilikan arus masuk modal asing tidak saja terjadi pada surat utang pemerintah, tetapi juga korporasi.

“Angkanya dulu sekitar 4% dari total obligasi korporasi sekarang sekitar 6%. Begitu kemarin S&P naikkan rating Indonesia, mereka tidak saja kejar SUN, tetapi bahkan sudah berani ke obligasi korporasi,” katanya.

Sedikitnya tiga sentimen positif baru dari dalam negeri yang hadir belakangan ini yang seharusnya mendongkrak pasar, yakni turunnya BI rate ke level 4,25%, data inflasi per September yang terkendali sebesar 3,72% yoy, dan rekor cadangan devisa September US$129,4 miliar.

Wahyu menilai, keputusan pemerintah memangkas BI rate mencerminkan kepercayaan diri pemerintah bahwa tidak akan terjadi gejolak yang signifikan dari segi mata uang atau capital outflow dalam jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper