Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspektasi Pajak AS Dorong Dolar, Rupiah Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari, Jumat (6/10/2017), saat indeks dolar AS melanjutkan penguatannya.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari, Jumat (6/10/2017), saat indeks dolar AS melanjutkan penguatannya.

Rupiah ditutup melemah 0,41% atau 55 poin di Rp13.519 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,16% atau 21 poin di Rp13.485.

Rupiah hari ini terdepresiasi setelah mampu membukukan apresiasi dua hari perdagangan berturut-turut sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.469 – Rp13.521 per dolar AS.

Rupiah memimpin pelemahan mayoritas kurs Asia, diikuti peso Filipina sebesar 0,36% dan rupee India dengan 0,26%.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau naik 0,08% atau 0,079 poin ke 94,040 pada pukul 16.39 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,04% atau 0,042 poin di level 93,919, setelah pada perdagangan Kamis (5/10) berakhir menguat 0,54% di posisi 93,961.

Penguatan dolar didukung oleh ekspektasi perkembangan reformasi pajak AS, sedangkan investor menunggu data pekerjaan AS untuk katalis jangka pendek.

Anggota parlemen di Kongres dikabarkan mempercepat perombakan kode pajak AS pada hari Kamis (5/10), dengan anggota parlemen menyetujui revisi cetak biru fiskal 2018 untuk membantu meloloskan RUU pajak.

Dolar mendapat dukungan tambahan setelah data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa pesanan untuk barang modal inti pada bulan Agustus lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran bisnis yang kuat dapat membantu mengimbangi beberapa hambatan ekonomi pasca Badai Harvey dan Irma.

"Ada langkah pertama di mana Kongres menyampaikan rincian anggaran, jadi kita selangkah lebih dekat dengan reformasi pajak," kata Heng Koon How, kepala analis pasar United Overseas Bank (UOB), seperti dikutip dari Reuters.

Saat ini investor menantikan data nonfarm payroll AS untuk bulan September yang akan dirilis hari ini waktu setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper