Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahana TWC Proyeksi Dana Kelolaan Tumbuh 12% Tahun Depan

PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) berencana untuk meningkatkan dana kelolaan hingga 12% pada tahun depan menjadi Rp50 triliun.
Chief Economist & Direktur Investor Relations Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjawab pertanyaan redaksi disela-sela Bisnis Indonesia Leader's Day, di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Endang Muchtar
Chief Economist & Direktur Investor Relations Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjawab pertanyaan redaksi disela-sela Bisnis Indonesia Leader's Day, di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA--PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) berencana untuk meningkatkan dana kelolaan hingga 12% pada tahun depan menjadi Rp50 triliun.

Presiden Direktur Bahana TWC Investment Management Edward P. Lubis menuturkan, dana kelolaan pada 2016 sekitar Rp38 triliun atau ditargetkan tumbuh sekitar 13% menuju level Rp43 triliun hingga akhir tahun ini.

Edward menuturkan, jumlah dana kelolaan perseroan telah menampaui target awal atau senilai Rp45,5 triliun pada pekan pertama Oktober 2017. Dia mengungkapkan, perseroan berencana untuk menjaga dana kelolaan sekurangnya menjadi Rp45 triliun hingga akhir tahun.

"Pada tahun depan, dana kelolaan bisa tumbuh sekitar 12%," ungkapnya saat ditemui Bisnis, Kamis (5/10/2017).

Dia menuturkan, peningkatan dana kelolaan banyak didukung masuknya dana dari investasi obligasi. Sementara itu, penempatan dana pada produk reksa dana saham, sambungnya, mulai tumbuh pada paruh kedua tahun ini. Untuk segmen pasar uang, kata Edward, sudah mulai dilirik oleh investor asing dari Korea.

Budi Hikmat, Direktur Bahana TCW Investment Management menuturkan kondisi ekonomi domestik sangat bagus, sebab stabilitas nilai tukar rupiah sangat bagus, sehingga investor suka dengan iklim investasi di Indonesia. Dia mengungkapkan, investor asing merasa lebih nyaman dan senang menempatkan dana di Indonesia.

Budi mengungkapkan, yield yang ditawarkan oleh Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain seperti, Jepang, Jerman, Singapura dan Swiss. Apalagi setelah Indonesia masuk dalam investment grade, sambungnya, sentimen tersebut menjadi pendorong asing untuk masuk ke Indonesia, sehingga investasi ke Indonesia semakin besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper