Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reformasi Pajak Trump Dorong Wall Street Cetak Rekor Terbaru

Sejumlah indeks saham acuan Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street mencatatkan rekor terbaru pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), didorong optimisme seputar prospek untuk laba emiten dan rencana reformasi pajak Presiden Donald Trump.
Bursa Saham AS Wallstreet/Reuters
Bursa Saham AS Wallstreet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah indeks saham acuan Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street mencatatkan rekor terbaru pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), didorong optimisme seputar prospek untuk laba emiten dan rencana reformasi pajak Presiden Donald Trump.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,68% atau 152,51 poin di 22.557,60. Indeks Nasdaq Composite naik 0,32% atau 20,76 poin di level 6.516,72, sedangkan indeks S&P 500 berakhir menanjak 0,39% atau 9,76 poin di posisi 2.529,12.

“Investor mencoba memperkirakan bahwa laporan laba akan terlihat cukup baik, juga masih ada optimisme seputar keringanan pajak perusahaan,” ujar Rick Meckler, president of hedge fund di LibertyView Capital Management LLC., seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017).

Menurut Thomson Reuters, laba kuartal ketiga diperkirakan meningkat 6,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di luar sektor energi, pertumbuhan laba diperkirakan mencapai 4,3%.

Sementara itu, aktivitas manufaktur AS melonjak di tengah peningkatan yang kuat untuk pesanan baru dan harga bahan baku.

Adapun rebound belanja konstruksi pada Agustus memperkuat prospek ekonomi bahkan saat Badai Harvey dan Irma diperkirakan akan membebani pertumbuhan kuartal ketiga.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan indeks aktivitas pabrik AS meningkat ke posisi 60,8 pada September, tertinggi sejak Mei 2004 serta lebih baik dari pencapaian pada bulan Agustus di 58,8.

Para investor juga mempertimbangkan prospek bahwa Kongres akan memberlakukan rencana pajak yang pro-pertumbuhan.

Di sisi lain, terdapat spekulasi bahwa Presiden Trump akan memilih pimpinan The Fed baru yang mungkin akan melakukan pengetatan kebijakan lebih agresif.

“Apa yang kita lihat hari ini serupa dengan apa yang telah kita lihat beberapa hari dan pekan terakhir. Salah satunya adalah perdagangan reinflasi, yang lainnya adalah reformasi pajak dan teknologi,” ujar Chris Harvey, kepala pakar strategi ekuitas di Wells Fargo, seperti dikutip dari Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper