Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Melemah, Saham Emiten Tambang Memerah

Harga batu bara di pasar internasional melemah mendorong harga saham emiten tambang memerah. Bahkan indeks sektor pertambangan turun 1,65% ke level 1.410,94 pada perdagangan kemarin.
Pengunjung berdiri di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9)./JIBI-Abdullah Azzam
Pengunjung berdiri di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di pasar internasional melemah mendorong harga saham emiten tambang memerah. Bahkan indeks sektor pertambangan turun 1,65% ke level 1.410,94 pada perdagangan kemarin.

Di pasar ICE Newcastle, harga batu bara melemah 0,42% ke level US$94,9 per ton untuk pengiriman Oktober 2017. Bahkan, di pasar Newcastle tersebut, harga batu bara juga memerah hingga awal 2018. Pada Februari, harga batu bara turun 1,55 poin ke level US$90,25 per ton.

Pelemahan harga batu bara tersebut, mendorong sejumlah harga saham emiten tambang pada perdagangan Senin (2/10/2017) di Bursa Efek Indonesia melemah. PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) misalnya, anjlok 13,07% ke level Rp173 per lembar saham.

Tak hanya itu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) juga kompak melemah pada perdagangan kemarin. ITMG turun 3,21% ke level Rp19.600 per lembar saham, PTBA melemah 3,83% ke level Rp10.050 per lembar saham dan ADRO turun 2,74% ke level Rp1.775 per lembar saham.

Senior Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai sentimen yang ada di pasar memang pergerakan harga komoditas turun sehingga turut mempengaruhi pergerakan emiten tambang.

Hanya saja, dia menilai turunnya harga saham tambang juga disebabkan adanya kekhawatiran pasar terkait situasi di Spanyol. Menurutnya, situasi di Spanyol membuat nilai tukar Euro melemah terhadap dolar AS.

“Dengan menguatnya dolar AS, pelaku pasar lebih cenderung memilih dolar AS ketimbang instrumen lainnya sehingga memicu aksi jual,” katanya saat dihubungi, Senin (2/10/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper