Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

API Catat Penurunan Stok Minyak, Pelemahan WTI Menipis

West Texas Intermediate untuk pengiriman November diperdagangkan pada US$52,10 per barel pada pukul 4:38 sore waktu setempat, setelah ditutup di US$51,88 di New York Mercantile Exchange.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga minyak mentah menipis setelah laporan industri pada Selasa (26/9/2017) yang menunjukkan penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah.

West Texas Intermediate untuk pengiriman November diperdagangkan pada US$52,10 per barel pada pukul 4:38 sore waktu setempat, setelah ditutup di US$51,88 di New York Mercantile Exchange.

Harga sedikit berubah dalam perdagangan setelah penutupan menyusul laporan American Petroleum Institute yang menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sebesar 761.000 barel pekan lalu.

Ini akan menjadi penurunan pertama sejak Agustus jika dikonfirmasi oleh data data Badan Administrasi Energi (EIA) yang rencananya akan dirilis pada hari Rabu.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman November turun 0,58 poin atau 0,1% ke level US$58,44 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.

"Ini sedikit mengejutkan, tapi kita akan melihat apa yang EIA katakan besok. Mengingat dampak badai Harvey yang masih ada, tidak mengejutkan jika ada perbedaan data sebesar empat atau lima juta barel antara API dan EIA," kata Kyle Cooper, direktur penelitian IAF Advisors, seperti dikutip Bloomberg.

“Namun, tentu jika EIA mengonfirmasikan hal ini, maka akan ada sedikit dukungan di pasar," lanjutnya.

Minyak WTI telah naik sekitar 10% sepanjang September, sedangkan Brent mencapai level tertinggi dua tahun terakhir pada hari Senin di tengah perkiraan meningkatnya konsumsi dalam menghadapi penurunan produksi oleh OPEC dan mitranya termasuk Rusia.

Kedua benchmark harga tersebut mengalami penurunan pada hari Selasa, namun masih tertahan oleh pembatasan produksi OPEC yang berlanjut dan kekhawatiran bahwa Turki dapat mengganggu pengiriman minyak dari wilayah Kurdistan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper