Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terus Loyo Jelang Rilis Putusan Fed

Pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (20/9/2017), saat mayoritas mata uang di Asia justru terapresiasi terhadap dolar AS.
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Rachman
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (20/9/2017), saat mayoritas mata uang di Asia justru terapresiasi terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,02% atau 3 poin di Rp13.282 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,07% atau 9 poin di Rp13.270.

Adapun pada perdagangan Selasa (19/9), rupiah berakhir melemah 0,18% atau 24 poin di posisi 13.279 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.259 – Rp13.285 per dolar AS.

Yen Jepang memimpin penguatan mayoritas kurs Asia dengan apresiasi sebesar 0,29%, diikuti won Korea Selatan sebesar 0,26% dan dolar Singapura yang menguat 0,23%. Selain rupiah, dolar Taiwan juga terpantau melemah 0,03%.

Dilansir Bloomberg, mayoritas mata yang emerging markets di Asia menguat saat investor menantikan hasil rapat kebijakan The Fed yang akan diumumkan hari ini waktu setempat.

“Kondisi wait and see telah membuat pasar mata uang melanjutkan perdebatan tentang implikasi kebijakan The Fed. Investor saat ini menunjukkan tingkat kehati-hatian yang lebih besar terhadap apa yang seharusnya sangat penting bagi The Fed,” ujar Stephen Innes, head of Asia-Pacific trading di Oanda.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama turun 0,14% atau 0,129 poin ke 91,664 pada pukul 17.12 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,04% atau 0,034 poin di level 91,827, setelah pada perdagangan Selasa (19/9) berakhir melemah 0,28% di posisi 91,793.

Mata uang dolar kesulitan untuk mempertahankan posisinya terhadap sekeranjang mata uang utama karena pasar bersikap hati-hati menjelang rilis hasil pertemuan kebijakan The Federal Reserve (FOMC).

“Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga, sehingga investor akan sangat memperhatikan detail mengenai kapan Fed berencana merampingkan neraca raksasanya yang bernilai US$4,5 triliun,” jelas Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM.

Saat ini, investor masih mengevaluasi kemampuan Fed untuk meningkatkan suku bunga acuannya pada Desember 2017. Perhatian pasar akan tertuju kepada Gubernur Fed Janet Yellen dan pendapatnya tentang tren inflasi terkini di AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper