Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Masih Tertahan di Bawah US$50 Per Barel

Pergerakan harga minyak mentah kembali tertahan pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan minyak WTI gagal meneruskan relinya di atas US$50 per barel untuk sesi perdagangan ketiga berturut-turut.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah kembali tertahan pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan minyak WTI gagal meneruskan relinya di atas US$50 per barel untuk sesi perdagangan ketiga berturut-turut.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup naik hanya 2 sen di US$49,91 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 18% di bawah pergerakan rata-rata dalam 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman November berakhir turun 14 sen di US$55,48 per barel, di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Tertahannya harga minyak sebagian karena tingkat permintaan biasanya turun sepanjang tahun ini karena banyak pabrik pengolahan minyak mentah ditutup pada musim gugur untuk menjalani maintenance.

Hal itu juga ditambah dengan aksi ambil untung produsen minyak yang datang ke pasar berjangka setiap kali harga WTI mendekati level US$50. Meski melindungi harga dari kemerosotan, hal ini juga membuat sulit bagi harga minyak untuk naik lebih lanjut.

Pada saat yang sama, untuk ketiga kalinya bulan ini, wilayah AS dihantui pergerakan badai baru yang dikabarkan menuju ke Karibia.

“Kami bergerak ke periode musim gugur dan biasanya itu merupakan periode yang lebih lemah secara musiman untuk permintaan minyak,” kata Harry Tchilinguirian, kepala pakar strategi pasar komoditas di BNP Paribas SA, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (19/9/2017).

“Pada saat yang sama, level US$50 adalah level ajaib bagi produsen minyak untuk masuk dan melakukan lindung nilai. Kenaikan harga WTI tertahan dan akan sulit untuk mengatasinya,” lanjutnya.

Sejumlah kilang AS, termasuk pabrik Phillips 66 di Ponca City, Oklahoma, dan pabrik Port Arthur milik Total SA di Texas, akan memulai periode maintenance bulan ini. Pabrik lainnya yang sempat terdampak Badai Harvey masih berupaya mencapai tingkat operasi normalnya.

“Kami akan melihat beberapa pemulihan di Texas tapi kami juga akan melihat beberapa penurunan aktivitas penyulingan di negara bagian lain. Permintaan untuk minyak mentah kemungkinan akan tetap cukup lemah,” kata Bill O'Grady, kepala pakar strategi pasar di Confluence Investment Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper