Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunggu Rapat The Fed, Rupiah & Mayoritas Mata Uang Asia Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (19/9/2017), bersama dengan depresiasi mayoritas mata uang di Asia.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (19/9/2017), bersama dengan depresiasi mayoritas mata uang di Asia.

Rupiah ditutup melemah 0,18% atau 24 poin di Rp13.279 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 0,04% atau 5 poin di Rp13.260.

Adapun pada perdagangan Senin (18/9), rupiah berakhir melemah 0,11% atau 15 poin di posisi 13.255 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.252 – Rp13.279 per dolar AS.

Menurut Ho Woei Chen, seorang ekonom di United Overseas Bank, rupiah berpotensi melemah ke level 13.400.

“Rupiah dapat melemah ke level 13.400 pada akhir kuartal I/2018 saat sejumlah bank sentral utama menormalisasikan kebijakan moneternya,” ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Nilai tukar rupiah berakhir melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mayoritas mata uang lainnya di Asia terdepresiasi.

Won Korea Selatan memimpin pelemahan kurs Asia dengan depresiasi sebesar 0,41%, diikuti rupee India sebesar 0,28% dan rupiah.

Di sisi lain, peso Filipina dan dolar Hong Kong masing-masing terpantau menguat 0,21% dan 0,16%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,20% atau 0,186 poin ke 91,861 pada pukul 16.59 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,08% atau 0,075 poin di level 91,972, setelah pada perdagangan Senin (18/9) berakhir rebound 0,19% di posisi 92,047.

Dolar AS melemah menjelang pertemuan kebijakan The Federal Reserve dimana bank sentral AS tersebut diharapkan dapat memberikan rincian tentang penyusutan neracanya, meski masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya.

“Dolar AS sepertinya sulit menemukan arah baru sampai pasar melihat data yang mengkonfirmasikan bahwa inflasi AS telah berhenti melambat dan The Fed dapat menaikkan suku bunganya pada Desember,” kata Masafumi Yamamoto, kepala pakar strategi mata uang di Mizuho Securities Co., seperti dikutip dari Bloomberg.

Penguatan greenback kemarin, lanjutnya, sebagian besar merupakan hasil rebound setelah aksi jual secara luas akibat kekhawatiran geopolitik seputar isu Korea Utara.

Pada pertemuan kebijakan dua hari yang dimulai hari ini waktu setempat, The Fed diperkirakan akan mengambil langkah lain menuju normalisasi kebijakan serta mengumumkan rencana untuk mulai mengurangi neracanya senilai US$4,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper