Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks S&P 500 Tembus Level 2.500, Pasar Asia Bergairah

Nilai tukar yen melemah, sedangkan sejumlah indeks saham di Asia bergerak ke posisi lebih tinggi pada perdagangan pagi, Senin (18/9/2017), mengekor rekor yang dibukukan Wall Street.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar yen melemah, sedangkan sejumlah indeks saham di Asia bergerak ke posisi lebih tinggi pada perdagangan pagi, Senin (18/9/2017), mengekor rekor yang dibukukan Wall Street.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,4% dan indeks S&P/ASX 200 Australia menanjak 0,5%. Pada saat yang sama, indeks S&P 500 diindikasikan naik 0,2% setelah berakhir dengan penguatan di posisi 2.500,23 pada perdagangan Jumat (15/9).

Adapun nilai tukar yen melemah 0,3% ke posisi 111,13 per dolar AS pada pukul 9.15 pagi waktu Tokyo (pukul 7.15 pagi WIB). Pamor mata uang yen sebagai aset safe haven merosot seiring dengan tidak terjadinya skenario terburuk dari isu Korea Utara dan badai di Amerika Serikat (AS).

Dilansir Bloomberg, indeks S&P 500 menguat bersama pergerakan saham di Australia dan Korea Selatan, meskipun perdagangan di pasar Jepang ditiadakan hari ini karena libur.

Indeks S&P 500 menembus level 2.500 untuk pertama kalinya pada hari Jumat, sementara indeks Dow Jones Industrial Average mencatat rekor baru saat investor mengabaikan uji coba rudal terbaru Korea Utara terbaru.

Sementara itu, performa dolar AS menguat setelah terkoreksi pada hari Jumat ketika rilis data penjualan ritel AS meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi negara adidaya tersebut.

Fokus pasar saat ini tertuju pada pertemuan The Federal Reserve pekan ini, dimana para pembuat kebijakan diperkirakan akan mengumumkan dimulainya langkah pengurangan neraca bank sentral AS tersebut senilai US$4,5 triliun, seraya mempertahankan tingkat suku bunga acuan.

Dengan prospek ekonomi AS yang dibayangi Badai Harvey, investor akan mencermati pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen berikut sejumlah Ketua wilayah demi mendapatkan petunjuk mengenai langkah The Fed berikutnya.

Pada Jumat (15/9) pagi, Korea Utara meluncurkan rudal terbaru yang melintasi wilayah pulau utara Hokkaido sebelum mendarat di Samudera Pasifik. Aksi ini dilakukan menyusul disetujuinya sanksi yang lebih keras dari Dewan Keamanan PBB. Namun seperti diperkirakan, reaksi pasar atas ulah Korut ini hanya berlangsung singkat.

“Kami benar-benar tidak melihat banyak jejak pasar sama sekali terkait uji coba rudal terbaru tersebut. Yang terlihat adalah bahwa investor tidak cenderung memperkirakan provokasi itu menjadi pergolakan dalam tensi geopolitik,” ujar Todd Elmer, kepala pakar strategi FX G-10 untuk Asia selain Jepang di Citigroup Inc., seperti dikutip dari Bloomberg.

Sidang Majelis Umum PBB akan digelar di New York, AS pada 18-23 September 2017. Dalam pertemuan tersebut Trump dijadwalkan akan berpidato pada Selasa (19/9) dengan isu utama mengenai denuklirisasi Korea Utara dan Iran.

Dalam wawancara dengan CBS, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menegaskan bahwa AS mengupayakan resolusi damai dalam menghadapi aksi Korea Utara. Namun AS juga siap menggunakan kekuatan militer jika upaya diplomatik gagal mengakhiri pergolakan isu nuklir dengan Korea Utara.

Sementara itu, kantor berita NHK mengabarkan bahwa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang mempertimbangkan untuk mengadakan pemilihan umum dini awal bulan depan di tengah meningkatnya dukungan untuk penanganan krisis Korea Utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper