Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Pertahankan Apresiasi Saat Dolar AS Tertekan

Nilai tukar rupiah berhasil mempertahankan penguatannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (6/9/2017), di saat laju dolar AS terbebani sikap dovish anggota pembuat kebijakan The Fed.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berhasil mempertahankan penguatannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (6/9/2017), di saat laju dolar AS terbebani sikap dovish anggota pembuat kebijakan The Fed.

Rupiah ditutup menguat 0,04% atau 5 poin di Rp13.333 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,02% atau 3 poin di Rp13.335. Adapun pada perdagangan Selasa (5/9), rupiah membukukan rebound 0,01% atau 1 poin di posisi 13.338 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di kisaran Rp13.328 – Rp13.343 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berakhir menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mayoritas mata uang lainnya di Asia juga terapresiasi.

Ringgit Malaysia dan renminbi China yang masing-masing menguat 0,5% dan 0,17% memimpin penguatan kurs Asia. Di sisi lain, won Korea Selatan dan rupee India masing-masing terpantau melemah 0,4% dan 0,02%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melandai 0,04% atau 0,035 poin ke 92,217 pada pukul 16.52 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,04% atau 0,034 poin di posisi 92,218, setelah pada perdagangan Selasa (5/9) berakhir melemah 0,41% di posisi 92,252.

Pernyataan pejabat Federal Reserve Lael Brainard yang cenderung dovish dan kondisi ketegangan geopolitik terus membayangi pergerakan dolar AS.

Dalam risetnya, Asia Trade Point Futures (ATPF) menyampaikan, pernyataan dovish salah satu pejabat The Fed dan kekhawatiran meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea berimbas pada nilai tukar mata uang USD pada sesi perdagangan hari Selasa semalam.

Pejabat The Fed, Lael Brainard menyatakan bahwa melambatnya inflasi AS akan membuat The Fed berhati-hati untuk menaikkan tingkat suku bunganya.

Selain itu, terdeteksinya Korut yang sedang memindahkan misil antar benuanya ke area bibir pantai yang berbatasan dengan Korsel semakin meningkatkan eskalasi ketegangan di semenanjung Korea.

“Kondisi ini memicu pelaku pasar memburu instrumen lindung nilai seperti mata uang yen dan menekan dolar AS,” papar ATPF, seperti dilansir Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper