Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PER Saham Tinggi, Emiten Terkait Infrastruktur Bisa Jadi Pilihan

Memasuki paruh kedua tahun ini, pasar saham Indonesia masih terus memperlihatkan geliatnya. Salah satunya tercermin dari pertumbuhan kinerja perusahaan khususnya laba bersih dan return on equity Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara lain sehingga valuasi harga saham Indonesia sudah relatif lebih mahal dibanding negara tetangga di ASEAN.
Pengunjung menggunakan ponselnya di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (28/8)./JIBI-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponselnya di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (28/8)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Rasio laba per saham (Price Earning Ratio) emiten di Bursa Efek Indonesia saat ini menjadi yang tertinggi di ASEAN mencapai 17 kali, sehingga pada tahun depan diperkirakan akan sedikit turun ke kisaran 14--15 kali. Bagaimana memilih saham di saat pasar tergolong mahal?

Head of Research Bahana Sekuritas Henry Wibowo menjelaskan memasuki paruh kedua tahun ini, pasar saham Indonesia masih terus memperlihatkan geliatnya. Salah satunya tercermin dari pertumbuhan kinerja perusahaan khususnya laba bersih dan return on equity Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain sehingga valuasi harga saham Indonesia sudah relatif lebih mahal dibanding negara tetangga di ASEAN.

Saat ini hingga akhir tahun diperkirakan Price Earning Ratio (PER) atau yang disebut juga rasio antara harga saham dengan laba bersih perusahaan Indonesia sekitar 17 kali, sudah mendekati +1.0 standar deviasi di atas rata rata dalam 5 tahun terakhir. Bahana Sekuritas memperkirakan tahun depan PER Indonesia bakal turun ke kisaran 14-15 kali karena laba bersih perusahaan diperkirakan tumbuh sekitar 12%-14% dari perkiraan tahun ini.

Dengan perkiraan valuasi harga saham yang tidak murah, (acting) Henry memberi rekomendasi bagi investor untuk fokus pada saham-saham pilihan sehingga bisa memberikan imbal hasil yang lebih optimal, khususnya saham big cap seperti saham-saham yang terkait infrastruktur.

''Pada semester kedua tahun ini hingga paruh pertama tahun depan, pemerintah akan menggenjot sejumlah proyek infrastruktur, karena pada periode itu menjadi waktu yang krusial bagi pemerintahan Joko Widodo untuk membukukan kinerja bagus yang nantinya bisa menjadi nilai positif saat kampanye yang diperkirakan sudah akan mulai pada kuartal terakhir tahun depan,'' jelas Henry dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, Selasa (5/9/2017).

Pada semester pertama, pemerintah membukukan defisit fiskal hanya di bawah 2.0% dari produk domestik bruto (PDB), bila dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P 2017) pemerintah menargetkan defisit fiskal sebesar 2,67% untuk keseluruhan tahun, artinya pada semester kedua ini, ekspektasinya pemerintah akan menggenjot belanja.

"Plus, tahun depan Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018, sehingga pemerintah akan memastikan semua sarana dan prasarana dalam perhelatan olahraga terbesar di kawasan ASEAN ini harus sudah siap dipakai sebelum para tamu negara datang ke Indonesia."

Data memperlihatkan untuk periode 2015-2019, total belanja infrastruktur Indonesia diperkirakan mencapai Rp1.375 triliun atau naik hampir 50% dibandingkan dengan belanja infrastruktur pemerintah periode 2005 hingga 2014.

Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan anggaran infrastruktur dalam APBN 2017 meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun 2016 atau secara nominal mencapai Rp387,3 triliun. Hal tersebut dapat tercapai melalui peningkatan efisiensi belanja dan peningkatan alokasi Dana Transfer Umum yang dikhususkan untuk infrastruktur.

Dana tersebut akan dipakai antara lain untuk membangun sekitar 836 kilometer jalan, 10.198 meter jembatan, membangun dan mengembangkan 13 bandara, membangun dan mengembangkan 61 pelabuhan laut, termasuk juga membangun jalur kereta api yang semuanya tersebar di seluruh Indonesia.

"Bahana merekomendasikan beli untuk sektor big cap terkait infrastruktur seperti saham Jasa Marga dengan kode saham JSMR dengan target harga Rp 6.600, dan Semen Indonesia dengan kode SMGR, dengan target hargaRp11.600/lembar saham."

Bahana juga menyukai bank BUMN milik negara yang memberikan pembiayaan besar terhadap proyek infrastruktur pemerintah seperti Bank Mandiri dengan kode saham BMRI dan Bank Rakyat Indonesia dengan kode saham BBRI, masing-masing dengar target harga Rp16.250 dan Rp17.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fajar Sidik
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper